Saya melihat pemerintah punya perhatian khusus untuk masalah ini."
Jakarta (ANTARA News) - Perancang busana Era Soekamto berpendapat bahwa memelihara budaya membatik melestarikan para perajinnya.

"Memelihara batik kan membantu perajin," katanya saat ditemui di Jakarta.

Esensi batik, menurut dia, adalah memakai lilin (wax) malam dan memakai canting tulis atau cap. Adapun motif batik yang dicetak (print) dapat dilakukan di negara mana pun.

"Kalau di-print sah saja sebetulnya, tapi kita juga membantu perajin untuk hidup," ujarnya.

Direktur kreatif di Iwan Tirta Private Collection itu menilai, isu batik terbagi menjadi dua, yaitu pengembangan batik sebagai simbol pemersatu, dan pelestarian proses membatik sebagai budaya.

Masalah yang dihadapi dalam industri batik, dikemukakannya, adalah perajin batik tulis yang sudah tua dan regenerasi yang tidak berlangsung merata di daerah pembuat batik karena ada alternatif lainnya.

Menurut dia, pemerintah sudah sangat bagus memperhatikan para pembatik, antara lain mengadakan pelatihan untuk usaha kecil menengah dan pendidikan tentang pengembangan batik.

"Saya melihat pemerintah punya perhatian khusus untuk masalah ini," katanya.

Meski begitu, ia menyatakan, usaha pelestarian batik juga bukan hanya tanggung jawab pemerintah. tapi juga pelaku industri kreatif.

Motif batik, menurut dia, bila dilihat dari jejak historis, misalnya zaman dulu disampaikan melalui ornamen di pendopo, keraton, candi maupun arca.

Selain itu, ia menyatakan, batik sebagai medium komunikasi visual konsep transendental juga disampaikan melalui kain, yakni benda yang lebih dekat ke manusia karena dapat dipakai.

Sekarang ini, dikemukakannya, penyampaian motif batik bertambah ke medium lain, mulai dari botol minuman hingga interior ruangan.

Era melihat tidak ada masalah bila motif batik dikomunikasikan secara kreatif dan dikembangkan dari berbagai motif yang sudah ada selama sang pembuat memahami filosofi yang ada di dalamnya.

Dicontohkannya, motif parang dalam batik garisnya dibuat diagonal untuk menggambarkan pencapaian spiritual yang meningkat, tanjakan spiritual sehingga tidak dapat dibuat horizontal.

Orang yang ingin mengembangkan motif batik sebaiknya mendalami filosofi, ujarnya.

Untuk itu, ia berharap, sejak batik ditetapkan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan dan Pendidikan (UNESCO) sebagai warisan budaya pada 2009 akan membuat orang tidak hanya larut dalam euforia batik tanpa mengerti arti simbolnya.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015