Jakarta (ANTARA News) - Pihak manajemen Liverpool pada Senin (5/10/2015) dini hari WIB resmi mengumumkan pemecatan Brendan Rodgers dari posisi manajer, hanya beberapa jam setelah Pasukan Merah memperoleh hasil imbang 1-1 melawan Everton dalam Derby Merseyside di Goodison Park, Inggris.

Dalam pernyataan resminya tiga pembesar konsorsium pemilik Liverpool, Fenway Sports Group, yakni John W. Henry, Chairman Tom Werner dan Presiden Mike Gordon, menyampaikan terima kasih atas kontribusi Rodgers di Anfield selama lebih dari tiga musim.

Manajer berkebangsaan Irlandia Utara itu ditunjuk sebagai arsitek Liverpool sejak Juni 2012, menggantikan sosok legendaris klub tersebut, Kenneth Dalglish, yang dipecat oleh FSG setelah membawa Steven Gerrard dkk menjuarai Piala Liga 2012.

Liverpool, menjadi klub keempat yang ditangani oleh Rodgers sepanjang karirnya setelah Watford, Reading dan Swansea.

Langkah pertama yang dilakukan Rodgers setibanya di Melwood, markas latihan Liverpool, adalah menyampaikan filosofi sepak bolanya yang kala itu sebut "death by football" yang ia terjemahkan sebagai cara bermain dengan mendominasi penguasaan bola sepanjang laga lewat umpan pendek dari kaki ke kaki.

Ia meyakini bahwa dengan dominasi penguasaan bola yang konstan, peluang untuk mencetak gol akan bermunculan sehingga Liverpool mampu membunuh lawan-lawannya dalam drama sepak bola.

Filosofi itu kerap disebut sebagai saduran dari skema tiki taka ala Barcelona di bawah kepemimpinan Josep Guardiola, yang kala itu baru saja meraih banyak kesuksesan.

Selain mengejawantahkan filosofi sepak bola yang baru bagi Liverpool, Rodgers juga memboyong sejumlah pemain baru, beberapa di antaranya adalah figur yang sempat dilatihnya di klub-klub lamanya.

Pemain pertama yang didatangkan Rodgers adalah Fabio Borini dari Parma, penyerang berkebangsaan Italia yang sempat dilatihnya saat membawa Swansea promosi ke Liga Utama Inggris musim 2010-2011.

Pada musim panas pertamanya di Melwood, Liverpool juga mendatangkan Oussama Assaidi dari Heerenveen, talenta muda Jerman Samed Yesil, meminjam Nuri Sahin dari Real Madrid serta yang paling penting mantan anak asuhnya di Swansea, Joe Allen.

Kala memperkenalkan Allen, Rodgers bahkan tak malu-malu menyebutnya sebagai jelmaan Xavi, bintang Barcelona, dari Wales.

Kedatangan Rodgers sekaligus memindahkan poros permainan Liverpool yang bertaburkan umpan-umpan panjang akurat ala Steven Gerrard, menjadi umpan-umpan pendek dengan progresi menyerang yang pelan khas Allen.

Upaya mengubah poros permainan itu terbukti kurang sukses, terlebih debut Rodgers bersama Liverpool dalam Liga Inggris berujung kekalahan 0-3 dari West Bromwich Albion yang berlanjut dengan perjalanan tak begitu mulus di separuh awal musim 2012-2013.

Di tengah keterseok-seokan itu, Rodgers dengan cerdik menjalankan strategi transfer terbaiknya sepanjang menangani Liverpool mendatangkan Daniel Sturridge dari Chelsea dan Philippe Coutinho dadi Inter Milan.

Keduanya terbukti mampu mengangkat performa Liverpool di paruh kedua musim 2012-2013 berkebalikan 180 derajat dari apa yang terlihat di paruh pertama.

Akan tetapi, Rodgers hanya bisa membawa Liverpool finis di urutan ketujuh klasemen akhir dan tak memperoleh satu tiket pun ke kompetisi antarklub Eropa.

Hampir juara Musim 2013-2014 merupakan musim terbaik Rodgers bersama Liverpool, bahkan patut disebut musim terbaik Liverpool sejak terakhir kali merasakan gelar juara liga pada musim 1989-1990 silam.

Musim itu diawali dengan sebuah drama terkait penyerang asal Uruguay, Luis Suarez, yang sempat melakukan wawancara eksklusif dengan media asal Spanyol, Marca, demi membuka jalan kepergiannya ke raksasa Real Madrid dengan mengkambing hitamkan perilaku media Inggris yang kerap memojokan ia dan keluarganya.

Sebelumnya di pengujung musim 2012-2013 Suarez melakukan perbuatan tak terpuji yakni menggigit lengan bek Chelsea Branislav Ivanovic dan berujung pada hukuman larangan tanding 10 laga atau sudah ia jalani empat di antaranya sebelum musim usai.

Suarez yang juga sempat terlibat masalah tindak rasisme terhadap bek Manchester United Patrice Evra, bahkan sempat marah ketika Liverpool menolak tawaran Arsenal senilai 40.000.001 poundsterling atau 1 poundsterling di atas harga minimum yang dipatok manajemen Liverpool.

Rodgers mengambil tindakan tegas atas perilaku Suarez, terutama karena menuduh Liverpool mengingkari janji melepaskannya pergi bila mereka tak memperoleh tiket ke Liga Champions musim 2013-2014, dengan memerintahkan bintang asal Uruguay itu berlatih terpisah dari rekan-rekannya untuk waktu yang telah ditentukan.

Suarez rupanya berbalik menjadi figur penting musim terbaik Rodgers di Liverpool, yang meraih tiga kemenangan, satu hasil imbang dan satu kekalahan dalam lima laga pertama Liga Inggris tanpa kehadiran Suarez.

Suarez memulai debutnya di musim 2013-2014 saat Liverpool disingkirkan Manchester United dari babak ketiga Piala Liga dengan kekalahan tipis 0-1 di Old Trafford.

Suarez menjelma menjadi mesin gol utama Liverpool dengan mengemas 31 gol musim itu, membawa tim asuhan Rodgers itu memecahkan rekor gol terbanyak dalam semusim sepanjang sejarah klub itu, total 101 gol.

Suarez bersama Daniel Sturridge (21 gol) memuncaki klasemen pencetak gol Liga Inggris, Liverpool juga menciptakan rekor kemenangan 11 laga beruntun di musim itu.

Akan tetapi, puasa gelar Liverpool urung usai, beban mental yang besar ada di pundak pada pemain.

Catatan kemenangan beruntun Liverpool dihentikan oleh Chelsea di Anfield dengan skor 0-2. Gerrard dalam laga itu terpeleset dan berujung pada gol pertama tim tamu dari Demba Ba, padahal di pengujung pertandingan sebelumnya ia memberikan motivasi kepada rekan-rekan setimnya agar menguatkan mental setelah memperoleh kemenangan penting 3-2 atas Norwich di kandang lawan.

Berkat kemenangan itu mereka tetap mempertahankan puncak klasemen dengan jarak cukup aman dari kejadan Manchester City yang masih mengantongi dua laga yang belum dijalani.

Namun semuanya berbalik kala Liverpool dikalahkan Chelsea. Chelsea seolah jadi teluh karir Rodgers di Liverpool, sebagai satu-satunya klub Liga Inggris yang belum pernah ia kalahkan selama mendiami Melwood.

Kekalahan itu membuat jarak aman dari City terkikis, puncaknya, sebuah hasil imbang 3-3 di Selhurst Park kala menghadapi Crystal Palace jadi momentum penghabisan asa Liverpool jadi juara.

Liverpool yang lebih dulu unggul 3-0, tercengang saat Palace berhasil mencetak tiga gol dalam kurun waktu sembilan menit saja.

Hasil itu membuat kemenangan Liverpool atas Newcastle di laga pamungkas terasa hambar, meski demikian Rodgers sukses mengajak para penggemar Liverpool bermimpi sekali lagi dekat dengan trofi yang didambakan selama lebih dari dua dasawarsa berlalu.

Banyak orang berpendapat bahwa capaian Liverpool musim 2013-2014 ditopang sepenuhnya oleh kehebatan Suarez dan bukannya peran Rodgers sebagai pelatih.

Padahal Rodgers jelas-jelas berperan besar, menerapkan strategi yang bisa mengoptimalkan kemampuan para pemain asuhannya itu, termasuk di antaranya Sturridge, Coutinho, Jordan Henderson dan Raheem Sterling, serta tentunya Suarez.

Kalau memang peran Suarez sebesar itu, seharusnya ia melakukan hal serupa di dua separuh musim sebelumnya, saat ia hanya bisa membantu Liverpool finis di urutan keenam di musim 2010-2011, kedelapan musim 2011-2012 dan ketujuh musim 2012-2013.

Sementara bagi Rodgers, meski mengawali karirnya di Liverpool dengan cara yang tidak begitu indah, namun transfer krusial di Januari 2012 menjadi kunci keberhasilannya mengarahkan Pasukan Merah dengan cara bermain yang baru lewat sentuhan magis Coutinho dan penyelesaian oportunis Sturridge.

Eksperimentalis keras kepala Usai hampir membawa Liverpool hanya berjarak dua poin dari gelar juara pada musim 2013-2014, Rodgers kembali mengawali musim baru dengan drama. Lakonnya masih sama, bernama Suarez.

Di ajang Piala Dunia 2014 Suarez kembali melakukan tindakan di luar nalar, menggigit pundak bek Italia Giorgio Chiellini di babak penyisihan grup berujung pada hukuman larangan bersentuhan dengan dunia sepak bola termasuk mendekatk stadion mana pun selama empat bulan yang dijatuhkan FIFA.

Uniknya, FIFA tidak mengkategorikan proses kepindahan klub sebagai aktivitas terkait sepak bola sehingga pada 11 Juli 2014 keluarlah pengumuman resmi transfer Suarez dari Liverpool ke Barcelona banderol sekira 75 juta poundsterling.

Kepergian Suarez dibarengi masuknya uang segar senilai 75 juta poundsterling ke kas Liverpool direspon Rodgers dengan mengatakan bahwa dirinya tidak akan melakukan kesalahan serupa Tottenham Hotspur usai menjual Gareth Bale ke Real Madrid, yang dinilai gagal membelanjakan uang dengan baik.

Musim panas 2014, Liverpool mendatangkan langsung sembilan pemain baru di semua sektor permainan kecuali penjaga gawang. Yang paling kentara adalah pembelian trio dari Southampton, Dejan Lovren, Adam Lallana dan Rickie Lambert dengan pengeluaran total sekira 49 juta poundsterling.

Selain itu didatangkan pula gelandang Bayer Leverkusen Emre Can, sayap Benfica Lazar Markovic, bek kiri Alberto Moreno dan penyerang bengal Mario Balotelli, serta pemain pinjaman Javier Manquillo dari Atletico Madrid dan talenta muda Divock Origi yang segera dipinjamkan kembali ke klub asalnya, Lille.

Sorotan utama transfer tersebut adalah Lovren dan Balotelli. Sebab kedatangan Lovren menggusur salah satu figur favorit penggemar Daniel Agger dari lini belakang, yang lebih memilih kembali ke kampung halamannya ketimbang bergabung dengan tim-tim rival Liverpool.

Sementara Balotelli dianggap pembelian panik lantaran incaran utama Liverpool di lini depan, Alexis Sanchez lebih memilih bergabung ke Arsenal, sementara Karim Benzema bahkan dikabarkan sama sekali tak mempertimbangkan peluang pindah ke Liverpool.

Liverpool mendapat hantaman lebih keras saat Sturridge mengalami cedera kala berlatih bersama Tim Nasional Inggris medio September 2014, sehingga satu-satunya sisa penyerang tajam mereka hampir tak membela Liverpool sepanjang musim 2014-2015.

Sedangkan Rodgers sendiri memiliki karakter yang patut dicatat sejak menukangi Liverpool, yakni kerap bereksperimen menempatkan pemain di tempat yang bukan posisi aslinya. Setidaknya Stewart Downing, Henderson, Sterling, Can, Jose Enrique, Jordon Ibe dan bahkan Gerrard.

Sebelumnya, musim 2013-2014 menjadi tonggak bahwa Gerrard diminta Rodgers bermain di posisi yang lebih dalam, sebagai gelandang pengatur serangan dari lapis ketiga permainan atau di pos gelandang bertahan semacam Andrea Pirlo. Langkah tersebut memperoleh hasil yang beragam, bisa disebut sukses dalam beberapa kesempatan, atau hancur dan hanya menggantungkan pada performa pemain lain di kesempatan lainnya.

Hal itu terus berlanjut di musim 2014-2015, namun dengan hasil yang jauh lebih buruk. Terlebih hal itu dibarengi dengan kebiasaan Rodgers memaksa Emre Can bermain di posisi bek kanan, Markovic di bek kiri, Ibe di bek kanan, dan seterusnya.

Rodgers membawa kekeraskepalaan itu sepanjang musim 2014-2015 yang berakhir dengan cara terburuk, menelan kekalahan memalukan 1-6 kala menyambangi markas Stoke City, Britannia Stadium.

Musim 2014-2015 juga menandai kembalinya Liverpool ke Liga Champions, hanya untuk tersingkir dengan mudah di babak penyisihan grup dari lawan sekelas Ludogorets dan Basel.

Rodgers mengalami musim yang berbalik 180 derajat dibanding sebelumnya, sepenuhnya melakukan kesalahan serupa Tottenham dengan uang segar yang diperoleh dari transfer kepindahan Suarez, bahkan dengan keras kepala terus menerus menempatkan para pemain di posisi yang biasanya mereka mainkan.

Musim 2014-2015, Rodgers mulai mengeluarkan komentar yang menyalahkan pemain atas hasil buruk yang diterima.

Pengumuman kepergian Gerrard sang legenda hidup dari Liverpool sejak Januari 2015 juga tak banyak membantu. Sejak pengumuman itu muncul, satu hingga dua bulan berikutnya pembicaraan tentang Liverpool tak jauh dari soal kepergian Gerrard dan beban besar memberikan hasil terbaik di musim terakhir Gerrard.

Hasilnya? Laga perpisahan Gerrard di Anfield berakhir dengan kekalahan memalukan 1-3 dari Crystal Palace dan laga pamungkas Gerrard berseragam Liverpool berujung penampilan luluh lantak di Britannia Stadium.

Kekalahan itu menimbulkan gejolak di antara para penggemar yang mulai gerah dan meminta Rodgers pergi mengingat dalam tiga tahun kepemimpinannya Liverpool tak memperoleh gelar apapun, padahal Dalglish yang berstatus legenda ditendang FSG dengan mudah padahal mempersembahkan trofi Piala Liga 2012.

FSG bergeming, Werner menyatakan bahwa klub mendukung penuh Rodgers di Liverpool dan memberikan keleluasaan lebih dalam menentukan transfer pemain.

Musim panas 2015, Rodgers mendatangkan tujuh pemain baru yang tiga di antaranya berstatus bebas transfer yakni James Milner dari City, Danny Ings dari Burnley dan Adam Bogdan dari Bolton.

Sementara kepergian Sterling ke City berusaha dikompensasi Rodgers dengan membeli Christian Benteke dan Roberto Firmino. Rodgers juga mendatangkan Joe Gomez, bek muda yang kemudian menjadi "korban" kekeraskepalaan sang pelatih.

Gomez yang sejatinya berposisi bek tengah dipaksa Rodgers memainkan posisi bek kiri, sementara Emre Can kerap disuruh mengisi posisi bek tengah.

Eksperimen Gomez sebagai bek kiri cukup sukses di tiga pertandingan awal yang berbuah kemenangan 1-0 atas Stoke di Britannia Stadium, 1-0 atas Bournemouth di Anfield serta hasil imbang tanpa gol melawan Arsenal di Emirates.

Namun hal itu tak bertahan lama, Rodgers memperoleh kekalahan memalukan 0-3 di Anfield yang berlanjut dengan kekalahan 1-3 dari Manchester United di pekan berikutnya.

Setelah itu Liverpool menuai tiga hasil imbang 1-1, melawan Girondins Bordeaux Liga Europa, dengan Norwich City di Anfield serta Carlisle United di ajang Piala Liga juga di Anfield.

Hasil itu memperkuat rumor pemecatan Rodgers, bahkan kemenangan 3-2 melawan tim papan bawah Aston Villa di pekan ketujuh tak memadamkan rumor tersebut.

Rodgers kembali meraih hasil buruk 1-1 kontra FC Sion yang berujung munculnya rumor bahwa apapun hasil Derby Merseyside pada pekan kedelapan Liga Inggris, Liverpool sudah memastikan mereka bakal memecatnya.

Rodgers memasuki laga Derby Merseyside dengan kepercayaan diri bahwa posisinya masih aman, namun hasil imbang 1-1 ternyata tak cukup menyelamatkan posisinya.

Hanya beberapa jam berselang selepas laga di Goodison Park, Direktur Liverpool Ian Ayre mendatangi kediaman Rodgers menyampaikan keputusan klub.

Nama mantan pelatih Borussia Dortmund Juergen Klopp dan pelatih berpengalaman asal Italia Carlo Ancelotti muncul sebagai unggulan calon pengganti Rodgers.

Liverpool punya waktu kurang lebih 12 hari masa jeda laga internasional untuk menentukan manajer baru sebelum melakoni pertandingan pekan kesembilan melawan Tottenham Hotspur.

Yang jelas Klopp, Ancelotti dan siapapun manajer Liverpool berikutnya perlu mereplikasi penampilan tim asuhan Rodgers musim 2013-2014 demi bisa membuka peluang mengakhiri paceklik gelar.

Sementara itu, bagi Rodgers, di usia 42 tahun dan catatan cemerlang bersama Liverpool di musim 2013-2014 jadi bekal rekam jejak yang sangat menawan demi menarik pekerjaan berikutnya, dan menjanjikan karir panjang di dunia sepak bola.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015