Secara umum, kondisi pasar apartemen selama kuartal III-2015 tetap menantang,"
Jakarta (ANTARA News) - Konsultan properti Colliers International menyebutkan periode semester I tahun 2015 merupakan masa yang sulit bagi pengembang dalam melakukan penjualan apartemen karena beragam faktor perekonomian yang memengaruhi sektor properti.

"Secara umum, kondisi pasar apartemen selama kuartal III-2015 tetap menantang," kata Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam acara paparan pers di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, faktor depresiasi atau melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan pertumbuhan ekonomi yang melambat merupakan penyebab utama terjadinya kelesuan dalam penjualan pasar apartemen.

Ia berpendapat bahwa saat ini banyak pembeli potensial, khususnya mereka yang berniat berinvestasi properti, cenderung lebih hati-hati dalam membelanjakan uang yang akan diinvestasikan.

Sementara itu, Indonesia Property Watch (IPW) mengingatkan pemerintah agar benar-benar fokus pada pengembangan perumahan menengah-bawah yang dinilai bisa menyelamatkan sektor properti yang mengalami penurunan penjualan pada tahun 2015.

"Perumahan segmen menengah-bawah dapat menjadi penyelamat dalam menahan kondisi pasar perumahan agar tidak terjun bebas," kata Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda.

Oleh sebab itu, pemerintah dapat mempercepat program pembangunan sejuta rumah yang memang dipersiapkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah di berbagai daerah.

Percepatan tersebut, lanjut dia, dapat dilakukan dengan memperbanyak sumber dana yang harus disiapkan, mengingat bahwa dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp5,1 triliun untuk membiayai 68 ribu unit rumah telah habis terpakai per Juli 2015, sedangkan permintaan masih cukup banyak.

"Selain itu, aturan uang muka sebesar 1 persen belum sepenuhnya dapat terlaksana di lapangan dengan berbagai syarat yang ditetapkan," katanya.

Ia memaparkan bahwa kondisi ekonomi saat ini membuat konsumen perumahan, baik segmen menengah-atas atau segmen menengah-bawah, turut melakukan aksi penundaan pembelian rumah.

Pemantauan yang dilakukan IPW di beberapa lokasi bahkan terjadi diskon harga rumah hampir mencapai 30 persen. Namun hal tersebut tidak dapat mengerek penjualan.

"Meskipun hal ini tidak dapat menggambarkan kondisi pasar perumahan secara umum, namun fenomena ini harus disikapi pemerintah lebih serius untuk menghindari keterpurukan pasar perumahan secara nasional lebih dalam lagi," ucapnya.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015