Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan bea dan cukai hingga 5 Oktober 2015 mencapai Rp116 triliun atau sekitar 59,5 persen dari target dalam APBN-P sebesar Rp194 triliun.

Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Sugeng Aprianto, di Jakarta, Selasa, mengatakan, realisasi tersebut meliputi penerimaan bea masuk Rp23,5 triliun, cukai Rp89,3 triliun, dan bea keluar Rp9,2 triliun.

Ia menambahkan dengan realisasi hingga awal Oktober 2015 yang baru mencapai 59,5 persen tersebut, maka diperkirakan penerimaan bea dan cukai pada akhir tahun hanya bisa mencapai angka kisaran 95 persen.

"Kami usahakan semaksimal mungkin dan menyakini bisa mencapai target yang dibebankan ke Bea dan Cukai yaitu 95 persen melalui berbagai upaya secara biasa dan upaya ekstra," kata Sugeng.

Berbagai upaya yang siap dilakukan institusi bea dan cukai dalam tiga bulan terakhir untuk mengejar penerimaan adalah dengan melakukan intensifikasi berupa tindakan koreksi terhadap tata cara pemungutan bea masuk maupun bea keluar.

"Kami koreksi ulang dan mengaudit importir wajib pajak sebagai upaya penelitian komprehensif terhadap bea masuk dan bea keluar untuk mencari tambahan penerimaan. Istilahnya ada fiscal recovery, tidak hanya di front desk pelabuhan," jelas Sugeng.

Selain itu, upaya lainnya adalah mendorong tindakan pencegahan dan pengawasan terhadap barang-barang ilegal yang membahayakan masyarakat dari segi konsumsi dan merugikan penerimaan cukai yang wajib dilaporkan kepada negara.

"Kami optimalisasi upaya patroli bea cukai untuk menggiring kapal-kapal masuk ke pelabuhan resmi dan membayar bea. Dari sisi cukai, upayanya melakukan penindakan besar-besaran baik rokok maupun miras ilegal. Diharapkan proses bisnis ilegal itu bisa ditekan seminimal mungkin," ujar Sugeng.

Sugeng juga mengharapkan kegiatan musiman menjelang akhir tahun bisa ikut meningkatkan penerimaan bea maupun cukai, karena biasanya dalam periode Oktober hingga Desember, konsumsi rumah tangga cenderung meningkat.

"Fluktuasi tahunan biasanya begitu, setelah periode lebaran dan anak masuk sekolah, eskalasinya lebih tinggi. Nanti di bulan-bulan akhir menjelang persiapan tahun baru, ada kenaikan yang jauh lebih tinggi dari bulan-bulan normal," katanya. 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015