Sleman (ANTARA News) - Otoritas Bandara Adisutjipto Yogyakarta bersama Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas IA Yogyakarta menggagalkan upaya penyelundupan ratusan ribu "baby lobster" ke Singapura.

"Benih lobster sebanyak sekitar 320 ribu ekor ini diperkirakan bernilai ekonomis hingga Rp5,44 miliar," kata Kepala Stasiun Karantina Ikan Yogyakarta Suprayogi di Sleman, Selasa.

Menurut dia, keberhasilan menggagalkan penyelundupan lobster ini merupakan yang kedua dalam satu pekan ini. Sebelumnya juga berhasil digagalkan upaya penyelundupan 534 lobster muda dengan nilai sekitar Rp500 juta.

"Dalam penyelundupan yang pertama, lobster ditujukan kepada pemilik rumah makan di Singapura. Sedangkan pengirim atas nama Herman warga Sleman. Sampai saat ini pelaku masih dalam pengejaran kami," katanya.

Ia mengatakan, benih lobster atau "baby lobster" yang akan diselundupkan ke Singapura pada Selasa siang ini dihargai Rp17.000 per ekor.

"Benih lobster tersebut dibawa oleh dua pelaku berinisial EO dan SN dalam plastik yang dimasukkan dalam enam buah koper," katanya.

Suprayogi mengatakan, terbongkarnya upaya penyelundupan benih lobster ini setelah petugas Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta curiga isi koper saat melewati alat CT Scan.

"Petugas kemudian membawa pelaku dan koper-kopernya untuk diperiksa. Saat dibuka diketahui bahwa benda yang mencurigakan tersebut berupa ratusan ribu benih lobster. Pelaku juga tidak dapat menunjukkan dokumen resmi serta izin," katanya.

Ia mengatakan, penggagakan penyelundupan benih lobster ini berpedoman pada instruksi Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti nomor 1 tahun 2015 tentang larangan penangkapan lobster dan rajungan dan lalu lintas antarnegara.

"Dalam peraturan tersebut dijabarkan mengenai apa saja komoditas laut yang tidak boleh diperjualbelikan serta syarat yang ditetapkan," katanya.

Menurut dia, Yogyakarta saat ini sedang menjadi sasaran upaya oknum tertentu untuk melakukan penyelunduoan barang komoditi laut menuju luar negeri, setelah sebelumnya wilayah Nusa Tenggara Barat, Bali, Surabaya dan Semarang sering dijadikan sasaran utamnya.

"Saat ini telah bergeser ke kawasan DIY, Solo Jawa Tengah serta Bandung, Jawa Barat. Kami terus berupaya memperketat penjagaan serta pemantauan barang bawaan agar tidak ada lagi upaya yang merugikan negara," katanya.

Pewarta: Victorianus SP
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015