Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar AS menurun lebih lanjut terhadap beberapa mata uang negara berkembang Asia pada Kamis, di tengah memudarnya harapan kenaikan awal dalam suku bunga AS.

Karena laporan ketenagakerjaan AS jauh di bawah perkiraan pada Jumat lalu mempersuram rencana Federal Reserve untuk mengangkat biaya pinjaman pada akhir tahun, banyak mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi atau berisiko tinggi telah diuntungkan.

Mata uang negara-negara berkembang atau "emerging market" telah terpukul dalam beberapa bulan terakhir karena ekspektasi kenaikan suku bunga AS meningkat dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat.

Devaluasi mengejutkan oleh Beijing atas mata uang yuan pada Agustus juga memicu aksi penjualan di pasar global yang menghapus triliunan dalam nilai pasar.

Itu menyebabkan para investor menarik uang mereka keluar dari negara-negara yang berimbal hasil lebih tinggi, berisiko tinggi, seperti Indonesia dan Thailand karena mereka mencari tingkat pengembalian yang aman di Amerika Serikat.

Namun, dengan rencana kenaikan suku bunga The Fed sekarang menjadi suram, bertaruh kenaikan suku bunga pada 2016, membawa beberapa kepercayaan yang sangat dibutuhkan kembali ke pasar-pasar negara berkembang minggu ini.

Salah satu pemenang utama adalah rupiah Indonesia, yang telah terpukul selama berbulan-bulan. Dalam perdagangan Kamis sore unit Indonesia ini naik 0,44 persen, setelah maju lebih dari enam persen sejak pekan lalu. Namun, masih berkubang di dekat posisi terendah dalam 17-tahun.

Di antara unit lain, rupee India menguat 0,34 persen dan peso Filipina naik 0,34 persen, sedangkan won Korea Selatan menguat 0,24 persen.

Greenback juga melemah terhadap mata uang utama. Unit AS diambil 119,85 yen di perdagangan Asia, sedikit turun dari 120,00 yen di perdagangan AS, sementara euro berdiri di 1,1255 dolar terhadap 1,1237 dolar.

Mata uang tunggal juga dibeli 134,90 yen terhadap 134,83 yen ��di New York pada Rabu sore.

Pada Kamis, euro mundur sebagai reaksi terhadap penurunan lebih besar dari perkiraan dalam produksi industri di Jerman, lokomotif ekonomi Eropa, kata para analis.

Para pedagang sekarang menunggu rilis risalah dari pertemuan kebijakan The Fed September pada Kamis untuk melihat apakah mereka dapat mengumpulkan petunjuk tentang rencana untuk menaikkan suku bunga.

Shinichiro Kadoda, analis mata uang Barclays Bank, Jepang, mengatakan dalam sebuah catatan untuk klien bahwa dalam jangka menengah hingga panjang, "kami memperkirakan bahwa dolar-yen

kemungkinan akan bergerak di bawah tingkat 120 yen, berdasarkan skenario bahwa The Fed akan menunda kenaikan suku bunga hingga Maret."

ECB juga akan merilis risalah pertemuan mereka pada Kamis.

Dolar menguat terhadap beberapa mata uang Asia lainnya, naik 0,19 persen terhadap baht Thailand, naik 0,49 persen terhadap dolar Taiwan dan naik 0,08 persen terhadap dolar Singapura.

Dolar Australia diambil 71,72 sen AS, turun 0,52 persen, sedangkan yuan Tiongkok datar di 18,83 yen.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015