Mataram (ANTARA News) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise menemukan dua kasus gizi buruk di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat.

Dua kasus gizi buruk itu ditemukannya ketika melakukan kunjungan kerja ke Puskesmas Karang Taliwang, Kota Mataram, di mana dua pasien gizi buruk yang sedang diberikan perawatan khusus.

"Penemuan kasus ini menjadi catatan bagi penjabat wali kota agar dapat terus meningkatkan perhatiannya terhadap gizi anak-anak dan melakukan berbagai upaya pencegahan," katanya di sela kunjungannya.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melakukan kunjungan ke Puskesmas Karang Taliwang setelah berkunjung ke Pasar Cakranegara dan SD di kawasan Rembige dengan didampingi Penjabat Wali Kota Mataram Hj Putu Selly Andayani, bersama sejumlah jajaran pimpinan dinas/instansi terkait baik tingkat Kota Mataram maupun tingkat Provinsi NTB.

Kendati sedikit kaget dengan kasus gizi buruk itu, namun Menteri memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Mataram terutama Puskemas Karang Taliwang yang memberikan pelayanan dan perawatan secara maksimal kepada dua pasien gizi buruk itu, sehingga dari catatan kesehatannya kondisi dua pasien tersebut secara bertahap mulai membaik.

Ia mengatakan, gizi buruk memang disebabkan banyak faktor, namun yang paling mendasar adalah faktor pola asuh yang salah. Faktor salah asuh ini merupakan faktor yang sangat mendasar sehingga kasus gizi buruk bisa terjadi kepada masyarakat mampu.

"Kebetulan dua pasien gizi buruk ini, ibunya bekerja sehingga mereka kurang memperhatikan konsumsi gizi anaknya," katanya.

Terkait dengan itu, Yohana Yambise mengingatkan kepada para orang tua untuk tetap memperhatian anak-anak dengan memberikan pola asuh yang baik sehingga kasus gizi buruk dapat dicegah.

Dalam kesempatan itu, Menteri juga berkeliling melihat sejumlah ruang pelayanan dan perawatan di Puskesmas Karang Taliwang.

Menteri bahkan memuji dan bangga dengan berbagai fasilis dan layanan sebuah puskesmas yang seperti pelayanan rumah sakit. Apalagi perawat dan dokternya sebagian besar adalah perempuan.

Hanya saja, katanya lagi, puskesmas ini harus dilengkapi dengan fasilitas ruang bermain anak-anak, agar anak-anak yang ikut bersama ibunya berobat atau menjenguk pasien bisa bermain pada fasilitas tersebut.

Karena itu, Yohana Yambise meminta pemerintah kota untuk mengajak sejumlah perusahaan yang ada di kota ini untuk membangun fasilitas bermain anak-anak melalui dana CSR.

"Kalau ruang laktasi, kebersihan dan fasilitas lainnya sudah cukup bagus, bahkan puskesmas ini dapat menjadi puskesmas percontohan bagi daerah lain," katanya.

Sementara Kepala Puskesmas Karang Taliwang dr Wiwin Nurhaida mengakui bahwa dua pasien gizi buruk itu memang disebabkan karena pola asuh.

"Kedua ibu dari anak-anak tersebut adalah pekerja dan dari masyarakat mampu, satu usianya baru tiga bulan dan satu lagi berusia 14 bulan," katanya.

Menurut dia, dua balita gizi buruk yang dirawat selama 14 hari dan diberikan pelayanan sesuai standar yang ada termasuk makanan untuk peningkatan gizi mereka secara gratis.

Bahkan pemerintah kota memberikan subsisi dana untuk menunggu pasien sebesar Rp40 ribu per hari, sebagai konsekwensi orang tuanya tidak bekerja karena menunggu anaknya yang dirawat. "Setelah 14 hari, mereka akan kita kembalikan tetap tetap didampingi hingga gizi anak tersebut benar-benar baik," katanya.



Pewarta: Nirkomala
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015