Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengklaim penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir bukan hanya didorong oleh faktor eksternal namun juga oleh faktor fundamental ekonomi domestik.

Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara mengatakan, apresiasi rupiah hingga Jumat ini menguat 4,4 persen, lebih tinggi dibandingkan Ringgit Malaysia 3,4 persen, Won Korea 1,2 persen, Dolar Taiwan 1,2 persen, dan Bath Thailand 0,4 persen.

"Kelihatan bahwa penguatan rupiah yang sampai 4,4 persen dibandingkan kurs Korea atau Thailand itu menunjukkan bahwa penguatan pada hari ini bukan hanya faktor eksternal tapi memang ada faktor fundamental dari Indonesia," ujar Mirza saat ditemui di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat.

Menurut Mirza, memang ada pengaruh dari berita terkait risalah The Fed pada September lalu di mana data-data ekonomi AS melemah sehingga kenaikan suku bunga diperkirakan tidak terjadi pada tahun ini tapi pada 2016 mendatang. Namun, ia menilai penguatan rupiah juga merupakan kontribusi faktor domestik.

"Kalau menurut saya, tampaknya financial market investor (investor pasar keuangan) sudah semakin yakin pemerintah melakukan reformasi struktural yang serius. Kita tadinya selalu mengatakan investor asing mengatakan pemerintah tidak pernah serius melakukan reformasi struktural, tapi adanya paket kebijakan itu mendorong investor masuk," kata Mirza.

Sementara pemerintah mengeluarkan kebijakan debirokratisasi dan deregulasi, lanjutnya, Bank Indonesia juga tetap menjaga kehati-hatian di bidang moneter dan juga mengeluarkan kebijakan untuk stabilisasi rupiah.

"Kebijakan BI juga prudent di monetary policy dan menambah suplai valas di pasar spot dan forward. Teman-teman OJK juga lakukan pada financial inclusion dengan asuransi petaninya, sehingga market percaya sama kita," ujar Mirza.

Berdasarkan kurs JISDOR BI, nilai tukar rupiah pada Jumat mencapai Rp13.521 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp13.809 per dolar AS atau dibandingkan empat hari sebelumnya saat masih berada di level Rp14.604 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015