... sekarang ini ditampilkan sungai kelihatan bersih, rapi, jangan terjebak dengan foto yang banyak tersebar di sosial media...
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan, proyek normalisasi Sungai Ciliwung seharusnya dengan restorasi sungai bukan "mem-betonisasi" sebagaimana ditempuh saat ini.

Proyek normalisasi Sungai Ciliwung dilakukan di sepanjang 19 km, mulai dari Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, sampai Manggarai, Jakarta Timur. Dimulai penggusuran warga yang tinggal di bantaran sungai pengerukan, pelebaran sungai, dan pembangunan turap beton di sisi kanan-kiri bantaran sungai.

"Kalau sekarang ini ditampilkan sungai kelihatan bersih, rapi, jangan terjebak dengan foto yang banyak tersebar di sosial media," kata dia, saat dihubungi www.antaranews.com, di Jakarta, Jumat. 

Di media sosial, bagi pendukungnya, dikembangkan wacana bahwa "merapikan" kali dengan betonisiasi ini menjadi "prestasi" pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini. 

"Seolah-olah yang tadinya kumuh, lalu hilang, jadi rapi dan bersih lalu di beton seolah-olah selesai. Relokasi warga sudah betul, tapi jangan betonisasi," kata Joga, 

Dia menjelaskan, betonisasi justru lebih mahal daripada restorasi sungai atau renaturalisasi sungai. Terlebih lagi, lanjutnya, betonisasi memberikan dampak buruk terhadap lingkungan dan ekosistem.

Ia menuturkan retonisasi justru membuat air makin kencang sehingga tidak terserap dan terhambat. Selanjutnya, akan banyak sedimentasi saat musim hujan dan arus air yang bertambah kencang, namun saat musim kemarau tidak banyak air karena langsung menyusut.

Dampak lainnya, kata dia, ekosistem di tepian sungai akan mati karena sisi kanan kiri bantaran sungai di beton. Hewan liar, di antaranya ular, biawak, dan lainnya akan mati yang selanjutnya akan mempengaruhi ekosistem.

"Naturaliasi sederhana. Sisi sungai dimiringkan, lalu ditutup tanaman rumput, bagian paling bawah diberi batu kali supaya tidak longsor, sedangkan sisi atasnya ditanami pohon. Cara itu memperkuat ekosistem tepian bantaran kali. Kalau jangka panjang akan makin matang dan nilai ekonomis secara ekologis meningkat," jelas dia. 

Sedangkan dengan betonisasi, saat musim hujan air makin kencang dan tidak terserap serta menyebabkan lebih banyak sedimentasi sedangkan pada musim kering malah kekurangan air.

"Memang kurun waktu satu hingga dua tahun belum kelihatan dampaknya. Tetapi lima sampai sepuluh tahun kedepan akan terjadi dampaknya, penyakit lingkungan meningkat," ujarnya.

Saat ini, proyek normalisasi tengah berjalan di bantaran sungai Kali Ciliwung di Kampung Pulo, Jakarta Timur. Ia pun berharap agar pemerintah segera mengungkap rencana induk normalisasi Sungai Ciliwung.

"Perlihatkan rencana induk normalisasi Kali Ciliwung, apa betonisasi semua atau tidak. Supaya kita bisa antisipasi terburuknya," kata Joga.

Pewarta: Monalisa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015