Moskow (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu (10/10) mendesak dilancarkannya upaya bersatu anti-teror, saat ia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban ledakan mematikan di Ankara, Ibu Kota Turki.

"Perlu untuk menyatukan upaya dalam perang melawan kejahatan ini. Apa yang terjadi di Turki ... tentu saja adalah serangan teror keras kepala, kejahatan teror dengan banyak korban," kata Putin dalam satu wawancara dengan saluran TV Rossiya One.

Ia menegaskan serangan tersebut adalah upaya untuk merusak kestabilan keadaan di Turki, tindakan provokasi "nyata" selama kampanye pemilihan umum.

Pada Sabtu pagi, dua ledakan yang ditujukan kepada pertemuan terbuka perdamaian di statiun kereta pusat di Ibu Kota Turki, Ankara, menewaskan sedikitnya 95 orang dan melukai tak kurang dari 186 orang lagi.

Saat menyampaikan belasungkawa tulus kepada keluarga dan teman korban serangan bom itu, Putin mengatakan Rusia siap bekerjasama dengan Turki untuk memerangi ancaman teror, demikian laporan Xinhua.

Pada 30 September, Rusia mulai melancarkan serangan udara terhadap posisi kelompok Negara Islam (ISIS) di Suriah, tindakan yang telah dikecam oleh AS karena semata-mata ditujukan untuk menyerang gerilyawan anti-pemerintah Suriah.

Saat menyatakan serangan udara tersebut telah secara mencolok menghilangkan kemampuan militer ISIS, Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasi pembahasan "konstruktif" diadakan pada Sabtu, selama konferensi video kedua dengan AS mengenai pelaksanaan prosedur tertentu guna menjamin operasi udara yang aman di Suriah.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan di dalam satu pernyataan daring bahwa "kemajuan dicapai selama pembicaraan itu, dan AS setuju untuk mengadakan pembahasan lagi dengan Rusia dalam waktu dekat".

Dalam 24 jam belakangan, 44 sasaran ISIS di Suriah dihancurkan selama 64 serangan udara yang dilancarkan oleh pesawat tempur Rusia, kata kementerian tersebut.
(C003)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015