Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memiliki daftar ancaman bagi Indonesia secara nonmiliter yang harus diwaspadai karena bisa menghancurkan bangsa ini, baik secara cepat atau lambat. 




“Ada dua jenis ancaman bagi negara ini, sebagaimana sering saya katakan di dalam negeri ataupun luar negeri. Pertama yang sifatnya nyata secara militer dan kedua, tidak nyata atau belum nyata atau nirmiliter,” kata dia, kepada pers, di Kantor Kementerian Pertahanan, di Jakarta, Senin. 




Dia katakan itu kepada pers terkait program kerja Kementerian Pertahanan tentang pembentukan 4.500 kader bela negara di 45 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia dalam waktu dekat ini. 




Secara resmi, pendadaran kader bela negara ini dilaksanakan secara serentak pada 19 Oktober nanti. 




Dia tegaskan, pendadaran ini bukan wajib militer; apakah itu meniru atau mengacu pada negara-negara lain. “Ini implementasi dari hak dan kewajiban warga negara kepada bangsa dan negaranya. Kita sadarkan secara lebih nyata kecintaan pada Tanah Air, itu juga bentuk bela negara,” kata dia. 




Menurut dia, ancaman nirmiliter itu diklasifikasikan menjadi delapan kategori. 




Dia memulai dari terorisme yang menjadi musuh bersama semua bangsa. Indonesia telah berkali-kali menjadi sasaran jaringan teroris. 




Bencana alam juga menjadi potensi ancaman tersendiri, terkhusus Indonesia berada di lingkar Cincin Api yang bisa dipastikan menjadi negara yang harus bisa menanggulangi bencana alam. 




“Juga mencegah dampak lebih buruk. Itu sebabnya, dalam mengakusisi persenjataan dan sistem persenjataan harus bisa dikerahkan secara terintegrasi untuk keperluan itu,” kata dia. 




Dia mencontohkan rencana pembelian pesawat angkut berat dan wahana amfibi yang bisa dikerahkan untuk memobilisasi personel penanggulangan bencana atau logistik terkait. “Termasuk pesawat terbang amfibi,” kata dia. 




Berikutnya adalah pelanggaran perbatasan negara. “Lihat saja yang terjadi di antara kedua Korea, kalau ada sedikit saja pelanggaran perbatasan negara, perang bisa terjadi. Jadi perbatasan negara ini masalah sangat serius,” katanya. 




Setelah itu adalah potensi ancaman dari gerakan separatisme, yang dia katakan, “Walau telah semakin mengecil, namun tetap ada dan harus diwaspadai secara seksama sekaligus mencari cara untuk merangkul mereka.”




Penyebaran penyakit juga menjadi hal yang dia catat sebagai potensi ancaman bangsa ini, di antara yang paling terkenal adalah virus MERS dan ebola ataupun flu burung. 




Sebagai negara terbuka, kata dia, Indonesia sangat rawan atas potensi serangan siber dari mancanegara. “Itu sebabnya akan dibentuk pasukan siber yang terdiri dari warga negara potensial. Anak-anak muda yang berbakat dan ingin mengabdikan dirinya akan direkrut,” kata dia. 




Selanjutnya adalah narkoba, yang menurut dia telah menciptakan angka pecandu sampai 4,5 juta orang dengan 1,5 di antaranya sudah sangat sukar direhabilitasi. “Itu angka dua bulan lalu, sekarang mungkin sudah lebih banyak lagi,” kata dia. 




Yang terakhir adalah infiltasi budaya dan nilai-nilai, yang dia bilang telah masuk secara perlahan, sistematis, dan “terprogram”. “Mereka masuk sedikit dulu, lalu menyebar. Targetnya jelas, bangsa ini hancur atau paling tidak menjadi lebih lemah,” kata dia. 

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015