Jakarta (ANTARA News) - Film "Steve Jobs" menuai beragam pendapat, termasuk para pengguna Apple yang merasa film ini tidak benar-benar menggambarkan Jobs.

"Steve Jobs" yang disutradarai Danny Boyle (Slumdog Millionaire) dan skenarionya ditulis Aaron Sorkin (The Social Network) sejak awal dibuat dengan pendekatan berbeda.

Bukan film biopik pendiri Apple dari lahir hingga wafat, namun pendekatan layaknya melukiskan Jobs lewat gambar impresionis ketimbang memotret foto sosok tersebut.

"Steve Jobs" bukanlah film dokumenter. Sineas kerap mengorbankan akurasi sejarah demi plot cerita, termasuk film ini.

Sorkin dan Doyle menciptakan percakapan, situasi, dan narasi yang tidak terjadi dalam kisah nyata.

Sorkin, menghadapi pertanyaan dari para penonton dari Silicon Valley, termasuk mereka yang mengenal Jobs, dengan berkilah bahwa jurnalis mengikuti prinsip "berkewajiban menjadi objektif. Saya punya kewajiban untuk subjektif".

Kisah yang disajikan Sorkin dan Boyle bercerita tentang pria tak sabar dan tak mau kompromi yang tega memanfaatkan dan memecat orang dalam perjalanan mengubah dunia.

Yang menghilang dari ceritanya adalah mengapa dia merasa dia yang akan mengubah dan bagaimana prosesnya.

Para sineas berhak dipuji atas pendekatan cerita yang membawa penonton ke balik layar saat Jobs bersiap memperkenalkan tiga produk penting ke dunia.

Penonton diajak melihat kembali kisah di balik layar dari peluncuran Mac, NeXT workstation atau komputer iMac.


Ada beberapa percakapan antara Jobs (diperankan Michael Fassbender) dan co-founder Apple Steve Wozniak (diperankan Seth Rogen) yang diciptakan Sorkin meski tidak pernah terjadi di dunia nyata.

Sorkin mengatakan dia memakai biografi Walter Isaacson sebagai inspirasi dan berbicara dengan semua orang yang ditampilkan dalam film, kecuali Jobs  yang meninggal pada 2011.

Insinyur software Mac Andy Hertzfeld berpendapat film itu "bagus, ditulis secara brilian dan ditampilkan dengan penuh perasaan dan humor, tetapi, anda juga tahu, tidak menggambarkan kenyataan."

"Itu tidak menggambarkan kenyataan, hampir tak ada yang benar-benar terjadi," kata Hertzfeld.

"Tapi yang penting bukan itu. Tujuan film ini adalah menghibur, menginspirasi dan membuat penonton tersentuh, bukan untuk menampilkan kenyataan, demikian Cnet.


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015