Moskow (ANTARA News) - Perusahaan gas raksasa Rusia Gazprom mengatakan, Senin, telah memulihkan pasokan gas ke Ukraina dan Moskow menerima pembayaran awal 234 juta dolar AS dari Kiev menjelang musim dingin.

"Gazprom mulai memasok gas ke Ukraina pada pukul 10.00 waktu setempat hari ini," kata CEO Gazprom Alexei Miller dalam pernyataan.

Moskow menerima 234 juta dolar dari 500 juta dolar yang diharapkan dari Kiev, kata Miller, dengan menambahkan bahwa Kiev meminta pengiriman 114 juta kubik meter per hari, volume maksimum gas yang bisa dikirimkan Gazprom.

Moskow pada akhir bulan lalu sepakat memulihkan pasokan gas ke Ukraina dan mengakhiri dialog berbulan-bulan, yang dibayangi krisis di Ukraina timur serta kekhawatiran mengenai keamanan energi Eropa.

Pada Juni, Ukraina mengumumkan telah menunda semua pembelian gas alam dari Rusia terkait sengketa harga, setelah dialog yang dimediasi Eropa gagal.

Operator jaringan pipa gas milik pemerintah Ukraina, Ukrtransgas menolak berkomentar, namun mengatakan kepada kantor berita Interfax pekan lalu bahwa Kiev siap membeli 2 miliar kubik meter gas alam dari Rusia pada Oktober.

Pemulihan pasok itu bisa membantu Kiev mengumpulkan 17 miliar kubik meter gas alam hingga 21 Oktober, "syarat minimum untuk keamanan transit gas ke Eropa," kata pengamat dari bank VTB Capital.

Namun, cadangan itu tidak akan mencukupi jika terjadi musim dingin yang buruk, kata mereka memperingatkan.

Rusia memasok sekitar sepertiga kebutuhan gas Eropa, dengan sekitar separuhnya mengalir lewat Ukraina.

Kiev berupaya mendapatkan sumber pasok yang beragam disamping Rusia, setelah Moskow memutus pasok gas ke Ukraina pada 2006 dan 2009, sehingga mengganggu pengirimannya ke Eropa.

Moskow menaikkan harga yang dikenakan pada Ukraina menyusul tergulingnya pemimpin Ukraina yang didukung Kremlin, Viktor Yanukovych, dan memicu pemberontakan pro-Rusia di wilayah timur negara bekas Uni Soviet itu.

Pemulihan kembali pasok gas itu dilakukan ketika pertempuran di timur Ukraina semakin jauh berkurang, sehingga menimbulkan harapan bahwa konflik yang telah menewaskan lebih dari 8 ribu orang itu bisa diselesaikan.
(Uu.S022)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015