Jakarta (ANTARA News) - Penelitian terkini memproyeksikan pelelehan beting es Antartika meningkat menjadi dua kali lipat pada 2050 dan pada 2100 pelelehan akan melampaui intensitas jika emisi gas rumah kaca dari konsumsi bahan bakar fosil terus berada di tingkat seperti sekarang.

Beting es adalah perluasan lapisan es yang mengambang dari daratan berbasis lapisan-lapisan es besar di daerah kutub.

Pelelehan atau pecahnya beting es yang mengapung memang tidak langsung berdampak pada kenaikan permukaan air laut, tetapi beting es bisa memperlambat aliran es dari gletser dan lapisan es ke laut.

"Hasil penelitian kami mengilustrasikan betapa cepatnya es Antartika meleleh di iklim yang menghangat," kata Luke Trusel, penulis utama dan kandidat doktor di Woods Hole Oceanographic Institution.

Trusol mengatakan hal itu sudah terjadi di Semenanjung Antartika, tempat observasi mereka beberapa dekade belakangan.

"Proyeksi model kami menunjukan tingkat lelehan yang sama dapat terjadi di daerah pantai mendekati akhir abad ini, meningkatkan kewaspadaan tentang stabilitas beting es di masa mendatang."

Studi yang hasilnya dipublikasikan di Nature Geoscience, Senin (12/10), mempelajari bagaimana perubahan pelelehan terjadi dari waktu ke waktu dan memprediksi pencairan lapisan es di sepanjang garis pantai Antartika.

Para ilmuwan melakukan studi itu dengan menggabungkan data hasil obervasi satelit mengenai pelelehan lapisan es permukaan dengan model simulasi iklim dengan skenario emisi gas rumah kaca menengah dan tinggi sampai 2100.

Hasilnya mengindikasikan potensi kuat es Antartika meleleh dua kali lebih banyak pada 2050 dengan skenario tersebut.

Namun antara tahun 2050 dan 2100, model menunjukan perbedaan signifikan dari kedua skenario. Dengan skenario emisi tinggi, pada tahun 2100 es yang meleleh mendekati atau melebihi intensitas yang berkaitan dengan beting es runtuh pada masa lalu.

Dengan pengurangan emisi, hanya ada relatif sedikit pelelehan lapisan es setelah penggandaan pada 2050.

"Data yang disajikan di studi ini jelas menunjukan bahwa kebijakan iklim, dan lintasan emisi gas rumah kaca di abad mendatang, memiliki kontrol besar pada nasib beting es Antartika yang meleleh di masa depan, yang harus kita pertimbangkan saat menilai stabilitas jangka panjang dan potensi kontribusi tidak langsung pada kenaikan permukaan laut," kata Frey seperti dilansir laman resmi Woods Hole Oceanograpic Institution.

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015