... upacara bendera saat ini, di sinilah penghargaan kita atas perjuangan para pahlawan terhadap bangsa Indonesia...
Ambon (ANTARA News) - Ketua Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kasih Mandiri Ambon, Suster Brigitini Renyaan Balubun, mengatakan, nasionalisme anak perlu ditanamkan sejak dini. Salah satu caranya melalui upacara pengibaran bendera setiap Senin.

"Kami setiap Senin melaksanakan upacara. Hari ini diawali dengan upacara bendera menyambut Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober dan HUT ke-70 TNI, 5 Oktober 2015 yang beberapa waktu lalu telah diperingati," kata Suster Brigitta, di Ambon, Senin.

Pihaknya menggelar upacara bendera terhadap dua momentum penting itu, sebagai awal untuk menanamkan rasa nasionalisme anak terhadap bangsa.

Begitu pun, mereka dimotivasi agar mengenang, menghormati serta menghargai jasa-jasa para pahlawan yang gugur dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.

Karena itu, upacara bendera dilakukan agar lebih menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam simbol-simbol negara, yaitu bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia raya, Pancasila, UUD 1945, dan sebagainya.

"Upacara bendera wajib dilakukan, karena bendera merupakan salah satu identitas bangsa," katanya.

Dikatakan, bendera Merah Putih dalam wujudnya benda mati tetapi mengandung sebuah kisah sejarah perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan bangsa Republik Indonesia.

"Melalui upacara bendera saat ini, di sinilah penghargaan kita atas perjuangan para pahlawan terhadap bangsa Indonesia," ujar Suster Brigitta.

Selain untuk menghormati jasa para pahlawan, kata dia, terdapat nilai kedisiplinan dan ketegasan sebagai fondasi untuk membangun semangat nasionalisme (rasa cinta tanah air) di dalamnya.

Karena itu, anak-anak perlu mengikuti upacara bendera sejak dini dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan, membaca teks Proklamasi, teks Pancasila dan UUD 2945.

Dengan demikian, tidak cukup memperkenalkan simbol-simbol bangsa hanya di dalam ruangan kelas, tetapi perlu diterapkan di luar ruangan dengan menggelar upacara bendera setiap Senin atau perayaan hari-hari besar nasional.

"Anak-anak perlu mengikuti upacara bendera setiap Senin dan perayaan hari-hari besar nasional.Ini dilakukan untuk menanam dalam pikiran mereka, bahwa bendera Merah Putih adalah bendera bangsa Indonesia yang harus dihormati, karena bukti perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah," katanya.

Suster Brigitta menuturkan, selama konflik di Maluku khususnya di Kota Ambon, kebiasaan upacara bendera, menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, pembacaan teks Proklamasi, teks Pancasila dan UUD 1945 sudah dilupakan, bahkan pasca konflik masih ada sekolah-sekolah yang tidak menggelar upacara bendera pada hari senin.

"Saya mau katakan selama konflik adalah sebuah kematian terhadap kebiasaan yang pernah dilakukan di sekolah-sekolah, dan sekarang ruang kebiasaan itu sudah ada, sehingga perlu dibangkitkan kembali upacara bendera setiap Senin, yang berlaku semua tingkatan, mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi," ujarnya.

Karena itu, sudah saatnya upacara bendera dilakukan baik pada dunia pendidikan maupun pada lembaga-lembaga pemerintah dan swasta.

"Upacara bendera tidak hanya dilakukan oleh anak-anak di sekolah-sekolah tetapi juga harus dilakukan oleh masyarakat umum pada setiap momen-momen bersejarah untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur dalam perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia," kata Suster Brigitta.

Deo Handayono dan Anton Hattu, kedua murid PAUD Kasih Mandiri Ambon, dengan penuh semangat bersama teman-teman yang lain mengikuti upacara bendera.

Kedua anak ini, mempunyai cita-cita ingin menjadi tentara dan polisi, ini bisa dibuktikan dengan sikap kedua anak ini dalam berbaris dan menghormati bendera, berbeda dengan teman-teman mereka yang lain.

Kedua anak ini berdiri tegap ketika berada dalam barisan dan pada saat menghormati bendera merah putih, mereka melakukan dengan sikap yang sempurna.

"Upacara bendera di sekolah perlu dilakukan sejak usia dini sampai perguruan tinggi, bahkan di tingkat RT/RW dalam masyarakat, karena ini bagian dari mengisi kemerdekaan, selain kerja keras membangun bangsa," kata Suster Brigitta.

"Jangan kita hanya sebagai penikmat kemerdekaan tetapi perlu diisi dengan hal-hal yang berguna. Karena itu, perlu tanamkan sejak dini anak-anak kita bagaimana mengisi kemerdekaan ini dengan melakukan kegiatan positif, sehingga tidak menjadi penonton di negeri sendiri dalam era globalisasi sekarang ini," ujar dia.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015