Semarang (ANTARA News) - Eko Yulianto, seorang pemuda asal Wonosobo, Jawa Tengah, mengolah biji salak yang banyak terdapat di daerahnya menjadi minuman serasa kopi.

"Ya, tidak langsung jadi minuman kopi seperti ini. Saya lakukan beberapa kali percobaan sampai menemukan formula yang pas," katanya saat memamerkan kopi dari biji salak kreasinya di Semarang, Selasa.

Kopi dari biji salak kreasi Eko adalah salah satu hasil penelitian yang dipamerkan pada "Pameran Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Karya Dosen dan Balitbangda" di Hotel Crowne Plaza Semarang.

Menurut dia, biji salak yang diolah menjadi minuman kopi itu terinspirasi dari melimpahnya biji salak di kawasan tempat tinggalnya di Desa Watumalang, Wonosobo, yang selama ini terbuang sia-sia.

"Di daerah saya, 80 persen warganya merupakan petani salak. Jadi, ketika musim panen, salak sangat melimpah. Bahkan, dihargai murah sekali di tingkat petani, yakni hanya Rp500/kilogram," katanya.

Namun, kata dia, selama ini orang hanya mengonsumsi buahnya, sementara bijinya dibuang sehingga muncul ide untuk mengolahnya menjadi produk olahan bernilai jual yang bisa juga dikonsumsi.

Apalagi, Eko mengetahui khasiat biji salak dari jurnal-jurnal yang dibacanya lewat internet yang ternyata bermanfaat untuk kesehatan, seperti membantu mengobati hipertensi, kolesterol, dan diabetes.

"Kalau buahnya (salak, red.), saya olah jadi manisan rasa kurma, kerupuk, dan kue-kue salak. Namun, saya kepikiran biji yang tersisa. Saya putar otak sampai kemudian jadi minuman kopi ini," katanya.

Ia mengakui awalnya kerap mendapatkan omongan kurang sedap dari kawan dan masyarakat sekitar yang menganggapnya aneh, namun semuanya berubah setelah mengetahui rasa kopi ala biji salak buatannya itu.

"Biji salak di sana (Wonosobo, red.) kan disebut geol. Prosesnya mudah, biji salak dijemur, kemudian disangrai, dan ditumbuk seperti kopi. Setelah itu, siap diseduh dengan air panas," katanya.

Bahkan, kopi ala biji salak buatannya itu sudah dipasarkan secara luas secara "online" yang berbuah banyaknya pesanan dari berbagai daerah, seperti 1.000 bungkus untuk dikirim ke Magelang dan Banjarnegara.

Setiap bulan, Eko setidaknya mampu memproduksi sebanyak 500 bungkus kopi biji salak yang dilabeli "KieBae" dengan takaran 100 gram/bungkusnya dan harganya juga terjangkau hanya Rp15 ribu/bungkus.

"Sudah setahun ini saya menekuni bisnis kopi biji salak ini, apalagi pesanan semakin banyak. Kalau di Wonosobo yang pesan kopi biji salak ini justru sedikit, lebih banyak dari luar kota," pungkasnya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015