Pekanbaru (ANTRA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan terdapat 300 titik panas atau "hotspot" yang menjadi indikasi kebakaran lahan dan hutan di Pulau Sumatera, Selasa.

Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin, di Kota Pekanbaru menyatakan ratusan titik panas tersebut terpantau Satelit Terra dan Aqua pada pukul 16.00 WIB. Hal ini menunjukan belum ada kemajuan berarti pada upaya pemadaman kebakaran setelah adanya bantuan dari sejumlah negara asing karena "hotspot" banyak terdapat di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

"Jumlah hotspot di Sumsel mencapai 222 titik," kata Sugarin.

Ia mengatakan "hotspot" juga terdapat di Lampung dengan 31 titik, Jambi ada 22 titik, Bengkulu 13 titik, Bangka Belitung enam titik dan Kepulauan Riau tiga titik.

"Sedangkan di Riau ada dua titik api, yakni di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hilir," katanya.

Menurut dia, kondisi angin secara umum berhembus dari arah Tenggara hingga Selatan ke Utara dengan kecepatan 05-15 knots (09-27 kilometer per jam). Secara umum cuaca wilayah Provinsi Riau Berawan dan diselimuti kabut asap tipis. Peluang hujan ringan terjadi di Riau bagian barat, utara, dan tengah.

Kemudian, jarak pandang di Kota Pekanbaru mencapai 1.200 meter, Kota Dumai 2.000 meter, Kabupaten Pelalawan 1.200 meter dan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu 2.000 meter.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo saat melakukan lawatan di Kabupaten Kampar, Riau, pada pekan lalu menyatakan penuntasan masalah asap dan kebakaran ditargetkan selesai dalam tempo dua pekan dengan adanya bantuan dari negara-negara lain. Negara yang memastikan memberi bantuan adalah Singapura, Malaysia, Australia, Rusia dan Tiongkok.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Gubernur (Plt) Riau Arsyadjuliandi Rachman memperpanjang status Darurat Pencemaran Udara akibat Kebakaran Lahan dan Hutan selama seminggu ke depan pada Selasa.

Ini adalah kedua kalinya Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau memperpanjang status darurat asap sejak pertama kali ditetapkan pada 14 September 2015. Arsyadjuliandi Rahman menyatakan, perpanjangan status darurat itu karena kondisi asap masih belum sepenuhnya hilang.

"Status darurat pencemaran udara di Riau akan diberlakukan sepekan mendatang," kata pria yang akrab disapa Andi Rachman ini.

Dengan perpanjangan status tersebut, ia meminta penanganan terhadap dampak asap kepada masyarakat harus terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Karena itu, pemerintah daerah tetap mempertahankan posko kesehatan yang tersebar di 12 kabupaten/kota.

Andi Rachman mengatakan dalam sepekan ke depan pihaknya akan mengevaluasi penanganan darurat asap.

"Masa perpanjangan itu juga akan digunakan untuk mengevaluasi proses penanganan bencana. Jika kondisi pulih maka kita akan segera mencabut status darurat dan menarik seluruh pasukan pemadam yang masih bertahan di sejumlah kabupaten dan kota," katanya.

Menurut dia, kebakaran lahan dan hutan di Riau dalam beberapa pekan terakhir relatif bisa dikendalikan. Hal ini ditandai dengan minimnya jumlah titik api, bahkan rata-rata Riau mengalami nihil titik api.

Asap yang kini menyelimuti Riau merupakan kiriman dari kebakaran di provinsi tetangga, seperti Sumatera Selatan dan Jambi.

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015