Jakarta (ANTARA News) - Final sepak bola memperebutkan Piala Presiden 2015 diagendakan dilaksanakan hari Minggu (18/10) di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Dalam pertandingan yang dijadwalkan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo itu mempertemukan klub Persib "Maung Bandung" dengan Sriwijaya FC yang para pendukungnya dikenal dengan sebutan "Laskar Wong Kito".

Demi memberi dukungan kepada klub kebanggaan masing-masing, para suporter atau pendukung berusaha hadir meski harus menempuh jarak perjalanan yang cukup jauh.

Sebanyak lima ribu pendukung Laskar Wong Kito akan datang ke Jakarta untuk menyemangati Sriwijaya FC yang menjadi perwakilan dari Sumatera Selatan.

Namun jumlah tersebut belum sebanding dengan loyalitas yang akan ditunjukkan Bobotoh (pendukung Persib Bandung). Mereka siap membirukan seluruh Gelora Bung Karno dengan membawa 80 ribu pasukan yang artinya sama besarnya dengan kapasitas stadion yang resmi digunakan pada 1962 itu.

Meski siap memenuhi stadion bertaraf internasional itu, tetapi pihak penyelenggara tidak dapat mewujudkan keingian mereka.

"Kita siapkan 30 ribu tiket untuk Bobotoh yang datang secara berkelompok, kami tidak bisa memberikan semua tiket untuk Bobotoh, agar yang lain dapat kebagian. Kalau mereka mau saja membeli semua tiket," kata CEO Mahaka Sport Hasani Abdulgani selaku penyelengara liga sepak bola Piala Presiden 2015.

Dia mengatakan Laskar Wong Kito akan kebagian lima ribu tiket.

Rencananya tiket final itu akan dijual sebanyak 70 ribu lembar, hal itu sesuai permintaan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian.

"Kami menginginkan 75 ribu sampai 77 ribu tiket, tapi Kapolda minta cek lagi kondisi GBK, dan menurunkan jumlah tiket menjadi 70 ribu untuk dapat dijual ke masyarakat. Kami juga tidak mau menjadi fatal. Apalagi GBK ini sudah tua, sudah 50 tahun berdiri," kata Hasani.

Diakuinya pertandingan sepak bola Piala Presiden ini memiliki rating tinggi dengan market share 25 persen sehingga sudah sepantasnya partai final nanti menjadi perhelatan bergengsi.

Umur gedung yang sudah tua menjadi salah satu faktor Kapolda meminta penyelenggara untuk tidak memaksa memenuhi stadion tersebut.

"Untuk keamanan kami minta dikurangi dari 80 ribu menjadi 70 ribu, karena gedung tersebut sudah tua, banyak bangku yang juga sudah rusak, ini demi keamanan penonton," kata Tito.

Bagi penonton yang tidak kebagian tiket, Tito mengatakan di luar stadion akan disiapkan empat sampai lima layar lebar agar pentonton tetap dapat menikmati pertandingan tersebut di GBK.

Tito menegaskan para penonton yang tak memiliki tiket hendaknya tidak memaksakan diri untuk masuk stadion karena akan berbahaya bagi dirinya sendiri maupun penonton lain.

"Silakan legowo (berbesar hati, red) untuk nonton di luar," ucapnya.

Tiket tersebut akan dijual secara online atau melalui internet (daring/dalam jaringan), tetapi panitia juga menyediakan tiket pada hari H.

"Nanti dijualnya secara online tapi kami persiapkan sekitar 10 ribu tiket di loket. Kami mempertimbangkan untuk penonton yang belum biasa membeli tiket secara online," ucap dia.

Ketua Umum Viking --kelompok suporter Persib Bandung-- Heru Joko mengatakan meski antusiasme para bobotoh cukup besar untuk menghadiri laga final nanti, kesulitan akomodasi sudah dirasakan pihaknya sejak rencana perhelatan final di GBK tersebar di media.

"Kalau di Jakarta, PO Bus enggak ada yang mau menyewakan bus-nya. Mereka trauma dengan insiden di sepanjang tol Jakarta yang terjadi saat pendukung Persib pulang dari Palembang usai menyaksikan final Indonesia Super League tahun lalu. Sebenarnya 80 ribu bobotoh siap membirukan laga final, tapi kalau enggak ada kendaraannya masa mau jalan kaki?" ucap dia.

Ketegangan Dengan Jakmania

Saat beredar bahwa final Piala Presiden akan diadakan di GBK, Jakmania (pendukung Persija) menolak keputusan tersebut, karena Bobotoh yang bagaikan satelit selalu mengitari Persib akan hadir di Jakarta.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa hubungan Jakmania dan Bobotoh tidak harmonis sejak 1999.

Tetapi, dipilihnya GBK sebagai tempat terakhir perhelatan tersebut bukanlah keputusan yang tiba-tiba.

"Dari awal pertandingan ini kita sudah mengomunikasikan kepada seluruh klub, bahwa pertandingan final akan dilakukan di GBK, tanpa kita tahu siapa yang akan melaju ke final. Ternyata yang melaju ke final Persib dengan Sriwijaya," ujar Hasani Abdulgani.

Meski berpotensi menimbulkan kericuhan, panitia pelaksana beserta seluruh pemangku kepenting memutuskan tetap di GBK.

"Saya selalu memandang positif, ini adalah pertandingan sepak bola masa depan, jadi tidak perlu terganggu dengan masalah masa lalu, semua ingin turnamen selesai dengan baik," kata dia.

Mengenai keamanan, pihaknya percaya kepada aparat dapat menjaga agar suasana pertandingan berjalan kondusif.

Dia juga yakin kalau para Bobotoh (pendukung Persib Bandung), tidak akan melakukan kegaduhan dan keributan, mengingat hubungan mereka dengan Jakmania (pendukung Persija) sebagai tuan rumah tidak harmonis.

Menanggapi keputusan tersebut Ketua Umum Jakmania Richard Ahmad Supriyanto tetap menginginkan perhelatan final sepak bola Piala Presiden urung dilaksanakan di Stadion Gelora Bung Karno.

Hal itu dikatakan Richard mengingat rivalitas antara Bobotoh dengan Jakmania sudah sangat sengit dan sangat riskan terjadi bentrok jika nantinya final Piala Presiden tetap dipaksakan di GBK.

"Secara organisasi kami sudah berkoordinasi dengan baik hingga ke tingkat Polres. Tapi, risikonya tinggi kalau memang (final) di Jakarta," kata Richard.

Namun, Richard mengatakan segala keputusan akhir kini tergantung dari pihak Mabes Polri dan pemerintah pusat.

"Keputusan teman-teman sama seperti yang kemarin. Jadi keputusan apakah final di Jakarta atau tidak ada di Mabes Polri dan pemerintah pusat," kata dia.

Sejak wacana partai final akan digelar di GBK, Richard menuturkan pengurus pusat Jakmania sudah mensosialisasikan agar anggotanya tidak melakukan tindakan buruk.

Namun, dia menyangsikan kedatangan bobotoh bisa benar-benar aman, mengingat rivalitasnya dengan Jakmania sudah sampai ke tingkat akar rumput.

"Padahal sudah jelas Persija (yang didukung Jakmania) tidak ada kepentingan dalam pertandingan nanti karena kami tidak main. Tapi untuk keamanan dan ketertiban sebaiknya final tidak di Jakarta," kata dia.

Ketua Viking Heru Joko sebagai salah satu klub pendukung Persib tebesar juga menginginkan hal yang sama bahwa akan lebih bijak jika perhelatan final turnamen sepak bola itu tidak dilakukan di GBK. "Namanya juga masuk wilayah orang yang selama ini hubungannya kurang baik. Ya karena tempat final belum pasti saya berharap panitia pelaksana bisa memperhitungkan lagi baik buruknya," kata Heru.

Kendati begitu, Heru mengaku menyerahkan semua keputusan kepada panitia pelaksana dan pihak keamanan.

Yang jelas, jika laga final tetap dilaksanakan di GBK, pihak keamanan dalam hal ini Kepolisian harus menjamin pertandingan aman dari gangguan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Panitia pelaksana pun, lanjut Heru harus siap bertanggung jawab dan mengantisipasi ketika terjadi gangguan keamanan pada laga final nanti.

"Mungkin sampai asuransi jiwa dan biaya kerusakan. Untuk mempersiapkan laga final ini memang perlu dilakukan kerja sama seluruh pihak," kata dia.

Siaga Satu Demi Keamanan

Demi mencegah kemungkinan terjadi kericuhan tersebut, tak tanggung-tanggung Polda menyatakan status keamanan siaga satu.

"Yang diwaspadai adalah pendukung karena jumlahnya besar, kita melakukan komunikasi kepada semua suporter agar mendukung pelaksanaan ini," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian.

Dia mengatakan akan ada sekitar 30 ribu personel yang dikerahkan untuk siaga satu pada hari H, sementara itu 10 ribu petugas melakukan pengamanan di Gelora Bung Karno dan disekitarnya.

Dia juga meminta agar polres-polres di Jakarta mengamankan wilayahnya masing-masing.

Pengamanan tersebut melibatkan beberapa pihak seperti TNI dari Kodam Jaya sebanyak dua ribu personel, Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan Satpol PP sebanyak seribu personel dan Korps Birmob Polri sebanyak seribu personel.

"Kami bekerja sama dengan Polda Jawa Barat yang akan mendampingi pendukung Persib Bandung dari awal berangkat hingga pulang," kata Tito.

Polisi juga akan merazia barang-barang yang dibawa pendukung seperti minuman keras, narkoba, senjata api, laser point, sejata tajam, kembang api, dan juga petasan sebelum para suporter memasuki satdion.

Untuk pendukung yang datang sendirian Tito menyarankan untuk tidak mempergunakan baju seragam pendukung tim saat di perjalanan.

"Demi keamanan, disarankan mereka baru mengenakan seragam di dalam stadion," kata Tito.

Bobotoh juga tidak akan diletakkan dekat kantor Persija yang berada di Pintu VIII GBK.

Dia mengatakan Jakmania tidak akan datang dalam perhelatan tersebut karena tim yang mereka dukung yaitu Persija tidak bertanding dalam final.

Tito memastikan Jakmania akan menjadi tuan rumah yang baik asalkan Bobotoh dapat menjaga sikapnya, berlaku sopan dan tidak mengeluarkan yel-yel yang provokatif selama pertandingan berlangsung.

Polisi juga telah mempertemukan perwakilan dari masing-masing pendukung pada Selasa (13/10) untuk menyamakan presepsi masing-masing pihak.

Semoga laga final ini menjadi momentum baik bagi kedua belah pihak untuk saling menghargai satu sama lain.

Oleh Aubrey KF
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015