Jakarta (ANTARA News) - Tiga bulan setelah melintasi Pluto, Tim New Horizons mengungkapkan temuan tentang tingkat keragaman dan kerumitan sistem planet tersebut. Temuan itu disampaikan dalam makalah ilmiah yang terbit di jurnal Science, Jumat.

Temuan mereka, setelah penjelajahan bersejarah Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) ke Pluto bulan Juli, antara lain mengungkap kawasan tak biasa berbentuk hati, atmosfer planet, dan bulan-bulan.

"Misi New Horizons melengkapi pengintaian awal kita ke tata surya, memberi pandangan pertama  mengenai dunia yang menakjubkan ini dan sistem bulannya," kata Jim Green, direktur ilmu planet di Markas Pusat NASA di Washington.

"New Horizons tidak hanya menulis buku teks tentang sistem Pluto, dia menjadi inspirasi bagi generasi sekarang dan masa depan untuk terus menjelajahi, untuk terus mencari tahu apa hal berikutnya," katanya seperti dilansir laman resmi NASA.

Pesawat antariksa New Horizons NASA berada pada jarak 12.500 kilometer dari permukaan Pluto saat mencapai titik terdekatnya ke planet itu pada 14 Juli dan akan mengumpulkan banyak data selama hampir setahun sebelum kembali ke Bumi.

Data-data yang sudah dikirim sejauh ini menunjukkan bentang alam dan medan Pluto yang sangat beragam dalam variasi warna, komposisi dan albedo (keterpantulan permukaan).

Anggota tim juga menemukan bukti adanya kerak kaya es, beberapa lapisan kabut di atas permukaan atmosfer Pluto, dan bahwa Pluto agak lebih besar dan lebih kaya es dari yang diperkirakan.

"Sistem Pluto mengejutkan kita dalam banyak hal, terutama mengajarkan kita bahwa planet-planet kecil bisa tetap aktif miliaran tahun setelah pembentukan mereka," kata Peneliti Utama Misi New Horizons, Alan Stern, dari Southwest Research Institute (SwRI) di Boulder, Colorado.

"Kami juga mendapat pelajaran berharga dari derajat kerumitan geologis yang ditunjukkan Pluto dan bulan besarnya Charon," kata dia.

Beberapa proses geologis terlihat terjadi di Pluto baru-baru ini, termasuk yang melibatkan batuan dasar kaya es yang yang lebih cepat menguap, dan mungkin lebih cepat bergerak, es-es di lobus barat "jantung" Pluto.

Ragam geologi dan aktivitas yang baru-baru ini terlihat memunculkan pertanyaan tentang seberapa kecil tubuh planet yang tetap aktif setelah miliaran tahun terbentuk.

Riset menunjukkan bahwa dunia lain yang lebih besar di sabuk Kuiper, seperti Eris, Makemake, dan Haumea, mungkin juga punya sejarah yang sama kompleksnya dengan planet-planet terestrial seperti Bumi dan Mars.

Tim New Horizons mencatat bahwa Triton, yang tampaknya planet Sabuk Kuiper yang ditangkap Neptunus, dianggap sebagai analoog terbaik Pluto sebelum pelintasan 14 Juli. Tim sekarang yakin bahwa geologi Triton dan Pluto lebih berbeda tapi perbedaannya baru akan diketahui setelah data-data tambahan dikirim.

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015