Taipei (ANTARA News) - Kuomintang (KMT), partai berkuasa di Taiwan, mengganti calon presidennya pada Sabtu, sementara partai terpecah mendalam itu berjuang memperoleh dukungan rakyat menjelang pemungutan suara.

Dengan KMT, yang diramalkan kalah dalam pemilihan presiden pada Januari nanti dan para tokohnya enggan ikut pemilihan, Hung Hsiu-chu -yang pro Tiongkok- menjadi calon partai itu, kendati kelompok konservatif memandang bahwa pencalonannya akan tak sesuai dengan perasaan warga.

Dukungan meredup dengan cepat karena kekhawatiran berkembang atas kebijakan Tiongkok Hung, dan Tsai Ing-wen, calon Partai Progresif Demokratik (DPP), yang skeptis terhadap Beijing, melaju di depan dalam jajak pendapat.

Untuk menghidari langkah mundur memalukan, wakil partai KMT berkumpul dalam sidang darurat pada Sabtu dan memutuskan membatalkan pencalonan Hung. Mereka kemudian mengesahkan pencalonan Chu dan memberikan sambutan hangat.

Ketua KMT Eric Chu disahkan sebagai calon baru dalam rapat Sabtu.

"Ini saat kritis," kata Chu dalam rapat itu, memperingatkan bahwa "kekalahan komprehensif" pada Januari akan memberi kekuasaan penuh kepada DPP dan membahayakan hubungan dengan Tiongkok.

"Mempertimbangkan apa yang DPP akan lakukan... kami akan kehilangan perdamaian lintas selat," kata dia, yang menjajikan suatu "permulaan baru" di bawah pencalonannya.

Para anggota KMT memberikan suara bulat membatalkan pencalonan Hung dengan 812 dari 891 suara.

Hung menyatakan sebelum pemungutan suara itu bahwa ia akan menghormati keputusan partainya.

"Partai bisa meninggalkan saya, tetapi saya ingin menyerahkan kepada partai," katanya dalam pidato yang mendapat sambutan keras.

Taiwan memiliki pemerintah sendiri setelah pisah dari Tiongkok Daratan pada 1949 menyusul perang saudara, tetapi Beijing masih memandangnya sebagai bagian wilayahnya menunggu unifikasi, kalau perlu dengan menggunakan kekuatan.

KMT berjuang memperoleh dukungan publik setelah kekalahan dalam pemilihan lokal tahun lalu, dengan sikapnya yang dekat dengan Beijing sebagai faktor utama.

Hubungan yang membaik sejak Presdin ma Ying-jeou berkuasa pada 2008 membuat keduanya mengikat perjanjian-perjanjian perdagangan dan angka kunjungan wisata meningkat. Tetapi banyak pemiliha merasa keuntungan yang diperoleh tidak menetes ke orang-orang biasa dan ada kekhawatiran peningkatan penegaruh Tiongkok.

KMT menghormati "Konsensus 1992", sebuah perjanjian antara partai itu dan Beijing yang mengakui ada "satu Tiongkok" tetapi menyerahkan kepada masing-masing pihak untuk membuat penafsirannya sendiri.

Namun, dalam sejarahnya Hung mengambil sikap pro unifikasi dan mendukung suatu perjanjian perdamaian dengan Tiongkok.

Dikenal dengan julukan "xiao-la-jiao" atau "kecil-kecil cabe rawit" karena gaya bicaranya yang blak-blakan, ia menolak untuk secara sukarela mundur, yang memaksa pemungutan suara pada Sabtu.

Sekitar 300 pendukung Hung berkumpul untuk berunjuk rasa di luar Sun Yat-sen Memorial Hall di Taipei tengah tempat pemungutan suara berlangsung.

"Dia maju ketika pentolan KMT tak berani menegambil tanggung jawab," kata Keng Tsun-chieh kepada AFP, "Kami marah atas hasil-hasil itu tapi tak bisa berbuat banyak -- Hung telah meminta kami untuk menghormati keputusan itu dan menyerukan lebih banyak orang untuk bergabung dengan partai jika mereka berharap untuk mereformasinya," demikian AFP.

(Uu.M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015