Israel menyediakan insentif dan perlindungan kepada pemukim teroris
Ramallah (ANTARA News) - Seorang pejabat Palestina pada Senin (19/10) mengatakan generasi muda di kalangan rakyat Palestina menolak pendudukan Israel dan kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Hanan Ashrawi, anggota Komite Pelaksana Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan di dalam satu taklimat di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, "Satu generasi lagi pemuda dan pemudi Palestina, yang dilahirkan di bawah pendudukan dan memikul kekejaman dan kekejiannya, kembali telah terlibat dalam perlawanan rakyat untuk mengirim pesan jelas kepada Israel dan dunia."

"Generasi ini takkan lupa atau menyerah; semangat mereka tak bisa dihancurkan dan mereka akan terus berjuang bagi kebebasan dan martabat. Mereka secara harfiah siap mati untuk bisa bebas," katanya.

Wanita pejabat Palestina tersebut menuduh Netanyahu di dalam taklimat tersebut karena memberi pasukan polisi dan militernya izin untuk menembak, membunuh dan menghukum mati rakyat Palestina di tempat.

"Dengan menyeru rakyat Yahudi Israel untuk secara terbuka membawa senjata api membuktikan Israel akan mengubah masyarakatnya sendiri menjadi penjahat dan gerombolan setelah kebijakan resmi Israel mengenai pencurian tanah dan penghukuman mati tanpa proses pengadilan," katanya.

Sejak awal Oktober, ketegangan dan kerusuhan telah berkecamuk antara Israel dan Palestina setelah tindakan baru Israel dilakukan di kompleks Masjid Al-Aqsha di Jerusalem Timur dan serangkaian serangan oleh pemukim Yahudi.

"Israel menyediakan insentif dan perlindungan kepada pemukim teroris," kata Hanan Ashrawi, sebagaimana dikutip Xinhua, Selasa siang. Ditambahkannya, "Oleh karena itu, tindakan tersebut telah menggerakkan budaya kebencian dan rasisme dan menerjemahkan kekebalan negara Israel menjadi tak ada hukum buat warganya."

Hanan Ashrawi juga mengatakan Israel adalah pihak yang memancing kerusuhan di Jerusalem dan menciptakan situasi ketidak-stabilan dan krisis sebagai tameng untuk melakukan kendali atas Masjid Al-Aqsha dan mengubah ciri Jerusalem.

Ia menuduh Israel mencaplok lebih banyak tanah Palestina dan meningkatkan kegiatan permukiman tidak sahnya.

"Israel terus menyebarkan cerita palsu dengan memberi cap rakyat Palestina sebagai teroris, dan menuduh korban sekali lagi dalam tindakan penipuan besar," tambah Hanan Ashrawi.

Selama tiga pekan belakangan, ketegangan antara kedua pihak, 45 orang Palestina dan sembilan orang Yahudi tewas dan lebih dari 2.000 orang lagi cedera.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015