Brazzaville (ANTARA News) - Empat orang meninggal dan 10 lainnya terluka dalam penertiban terhadap aksi unjuk rasa menentang pemerintah dan pemenangan presiden untuk masa jabatan yang ketiga di Republik Kongo, Selasa.

Kekerasan itu mendorong kepentingan mendesak untuk menenangkan suasana dari pejabat tinggi Amerika Serikat dan Amnesti Internasional yang sedang berkunjung ke negeri tersebut.

Bentrok terjadi ketika pihak berwenang melerai aksi unjuk rasa jalanan menentang Referendum pada Minggu mendatang untuk memenangkan Presiden Denis Sassou Ngoesso guna menambah masa jabatan yang ketiga.

Menteri Dalam Negeri Raymond Mboulou dalam tayangan televisi pemerintah mengatakan "protes yang terorganisasi dan tertata" telah menyebabkan tiga korban jiwa di Brazzaville dan korban keempat jatuh di kota Pointe-Noire yang berada di selatan.

Tiga orang anggota pasukan keamanan juga mengalami luka parah sedangkan 16 orang pengunjuk rasa ditangkap di Brazzaville, tambahnya.

Lambang-lambang negara seperti markas besar kepolisian dan pasukan keamanan menjadi sasaran, katanya.

Pemungutan suara Minggu dimaksudkan untuk menaikkan umur tertinggi bagi calon presiden menjadi 70 tahun serta menghapus peraturan saat ini yang membatasi jabatan presiden maksimal untuk dua kali masa jabatan.

"Amerika Serikat mendesak dengan keras semua pihak yaitu pemerintah dan oposisi untuk mengadakan pembicaraan dan menghentikan tindak kekerasan serta mencapai perdamaian yang layak diperoleh warga," kata Sarah Sewall, Menteri Muda Negara untuk Keamanan Warga, Demokrasi dan HAM dalam jumpa pers di Kinshasa.

Kelompok Amnesti Internasional juga mengeluarkan pernyataan yang mendesak pasukan keamanan agar berhenti menggunakan "kekuatan berlebihan" untuk menghadapi pengunjukrasa.

Menjelang unjukrasa, ketegangan meningkat dengan cepat setelah kantor presiden menayangkan pesan melalui televisi dan radio yang meminta warga untuk tetap bekerja secara biasa dan larangan bergerombol.

Toko-toko menutup rapat pintunya dan kantor-kantor serta sekolah di seluruh kota ditutup, sementara orang-orang muda turun ke jalan, membakar ban-ban di daerah Makelkele di selatan dan Bacongo di barat.

Polisi melepas tembakan. Sumber di rumah sakit Makelekele mengatakan menerima lima korban yang luka parah akibat tembakan, dua lainnya cedera oleh serpihan granat gas air mata.

Seorang koresponden AFP menyaksikan seorang korban lain dikirim ke rumah sakit dengan luka tembak di perut.

Dua kantor polisi di Makelekele dibakar demikian pula dua kantor polisi yang lain di barat serta sau di pusat kota, kata saksi.

Penduduk mengatakan bahwa polisi menembakkan gas air mata melalui helikopter. Sepanjang hari itu internet lumpuh di Brazzaville dan Pointe-Noire, kota ekonomi di Kongo.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015