New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia berbalik naik tipis pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena para pedagang memburu harga-harga murah setelah turun tajam sehari sebelumnya.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, naik 18 sen menjadi berakhir di 45,38 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, patokan global, menetap di 48,08 dolar AS per barel di perdagangan London, naik 23 sen dari penutupan Rabu.

Pasar membukukan kerugian tajam sekitar dua persen pada Rabu, karena data resmi menunjukkan stok minyak mentah AS meningkat lebih dari yang diperkirakan selama pekan lalu, menambah kekhawatiran tentang banjir pasokan global yang telah menekan harga lebih dari tahun.

Berita "bearish" itu diimbangi sedikit penurunan pada persediaan bensin dan distilat AS.

"Setidaknya dalam waktu dekat, pasar sedang menguji argumen bahwa penurunan persediaan produk untuk pekan lalu adalah lebih penting daripada penumpukan dalam minyak mentah, meskipun kita berpikir banyak dari pemulihan lebih karena faktor teknikal alami," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Namun, Evans mengatakan, "berlanjutnya kenaikan stok mengkonfirmasi kelebihan pasokan secara fisik yang sedang berlangsung."

Pasar juga merasakan tekanan dari pelambatan di Tiongkok, yang pekan ini melaporkan bahwa produk domestik brutonya pada kuartal ketiga tumbuh di kecepatan yang paling lambat dalam lebih dari enam tahun terakhir.

"Kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi Tiongkok terus memukul harga komoditas. Di AS, stok minyak mentah melonjak ... dan kelebihan pasokan masih menjadi kekhawatiran," kata Sanjeev Gupta, yang mengepalai praktek minyak dan gas Asia-Pasifik di perusahaan jasa profesional EY.

Gupta mengatakan pertemuan antara OPEC dan produsen minyak non-OPEC, Rabu, "tidak membuahkan hasil yang berarti karena tidak ada potensi pemotongan produksi yang ditujukan".

Dia mengatakan pasar akan melihat pertemuan pengaturan kebijakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada 4 Desember yang diharapkan "memberikan petunjuk penting tentang perkembangan harga dalam jangka menengah".

OPEC, yang meliputi Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab, telah mempertahankan tingkat produksi yang tinggi meskipun terjadi penurunan harga, karena mereka mencoba untuk mempertahankan pangsa pasar.
(Uu.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015