Moskow, Rusia (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis menuduh Barat bermuka dua menghadapi teroris di Suriah, di mana Moskow dan koalisi pimpinan Amerika Serikat sedang melakukan kampanye pemboman secara terpisah.

"Selalu sulit untuk memainkan sebuah permainan ganda: menyatakan perlawanan kepada teroris dan dalam waktu yang lama mencoba memanfaatkan mereka untuk mengatur Timur Tengah berdasarkan yang diinginkan," ujar Putin saat rapat ilmuwan politik di Sochi yang disebut dengan Valdai Club.

"Sangat tidak mungkin untuk menang dari terorisme jika beberapa teroris tersebut digunakan sebagai alat untuk menyingkirkan rezim yang tidak diinginkan," ujar Putin.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei lavrov telah mengatur pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, beserta rekan-rekan Turki dan Arab Saudi mereka di Wina pada Jumat untuk diskusi penting mengenai konflik suriah, sebuah perang yang telah berlangsung selama empat tahun dan telah menewaskan 250.000 orang dan mengusir jutaan orang dari kediaman mereka.

Pertemuan tingkat tinggi tersebut dilakukan pascakedatangan Presiden Suriah Bashar al-Assad ke Moskow untuk berdiskusi dengan Putin pada Selasa, kunjungan luar negeri pertama oleh pemimpin yang diperangi tersebut sejak 2011.

Rusia - yang telah diminta untuk mendukung militer Damaskus, banyak dicemaskan oleh Barat -- bersikeras bahwa serangan udara yang diluncurkan sejak 30 September lalu menuju negara yang dalam keadaan perang telah mengenai kelompok militan dan kelompok "teroris" lainnya, dan semuanya dilakukan atas permintaan pemimpin Suriah.

Tetapi Amerika Serikat dan sekutunya yang juga melakukan kampanye pemboman terpisah di negara yang sama, mengatakan bahwa serangan dari Moskow diarahkan pada pare pemberontak moderat yang didukung oleh Barat untuk melawan Assad.

"Tidak perlu ada permainan kata-kata, untuk menggolongkan teroris moderat ataupun tidak," ujar Putin.

"Apa bedanya?" ujarnya, mengacu pada "menurut opini beberapa ahli, mereka yang disebut penjahat moderat memenggal korbannya secara moderat ataupun perlahan."

Selama pertemuannya dengan Assad, Putin meminta solusi politis yang melibatkan seluruh kelompok untuk mencoba meredakan perang, ujar Kremlin.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov berikutnya menolak untuk memberi komentar apakah masa depan Assad di Suriah telah dibicarakan sewaktu pertemuan.

Assad, yang terakhir mengunjungi Rusia pada 2008, berkata kepada Putin bahwa kampanye pemboman yang telah dilakukan Rusia selama tiga minggu tersebut telah membantu menghentikan penyebaran "terorisme" di negaranya.



Kemampuan perang yang hancur

Ketika kepemimpinan Suriah memuji Moskow, Gedung Putih mengkritik intervensi Rusia dan menyebutnya "kontraproduktif".

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Kamis serangannya telah mengenai 72 target "teroris" di Suriah dalam waktu 24 jam, membenarkan bahwa serangan tersebut telah menghancurkan kemampuan perang kelompok teroris utama yang beroperasi dalam negara tersebut.

"Sebagai hasil dari serangan udara Rusia, pasukan utama kelompok teroris yang beranggotakan teroris yang benar-benar terlatih, telah kehilangan kemampuan bertarungnya," ujar pejabat senior militer Andrei Kartapolov kepada media.

Kartapolov mengatakan bahwa serangan tersebut -- yang menarget provinsi Hama, Idlib, Latakia, Damaskus, Aleppo, dan Deir Ezzor -- telah menghancurkan jembatan diatas Sungai Euprates yang digunakan untuk memindahkan persediaan kepada pasukan di Irak.

Putin mengatakan bahwa serangan tersebut telah memberikan "hasil positif" namun menambahkan: "apakah hal tersebut cukup untuk mengatakan bahwa terorisme di Suriah telah dikalahkan? Tidak, kita harus melakukan usaha yang lebih serius untuk menyatakan demikian."

Juru Bicara Kementerian luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyanggah pada Kamis mengenai laporan oleh Pengamat Hak Asasi Rusia yang menyatakan bahwa setidaknya 12 orang termasuk staf medis telah terbunuh ketika pesawat Rusia menyerang sebuah rumah sakit di bagian Barat Laut provinsi Idlib.

Serangan Rusia tersebut dilaporkan telah membunuh 370 orang sejauh ini yang sepertiganya merupakan warga sipil, ujar sebuah kelompok pemantau Inggris pada Selasa.

Organisasi Humaniter telah mengutuk kampanye pemboman, dengan Komisi Internasional palang Merah mengatakan bahwa serangan udara di Suriah telah mengganggu pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Sejak awal intervensi Moskow, pesawat Rusia telah meluncurkan 934 senjata yang telah menghancurkan 819 "target teroris", ujar Kartapolov.

Inggris, Prancis, dan Spanyol secepatnya akan memberikan rancangan resolusi kepada Konsul keamanan PBB untuk menghentikan rezim Suriah dari penggunaan bom barel.

Duta Besar Perancis Francois Delattre berkata kepada 14 anggota konsul bahwa bom barel merupakan sebuah "senjata teror" yang memicu gelombang pengungsi ke negara sekitar dan Eropa.

Kelompok hak asasi mengatakan bahwa pemboman yang dilakukan oleh rezim tersebut adalah pembunuh nomor satu dalam perang empat tahun tersebut, merenggut nyawa lebih banyak orang lebih dari serangan kelompok militan.

Tetapi sangat tidak mungkin Rusia akan mendukung tindakan tersebut.

(Ian/M038)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015