Kiev (ANTARA News) - Kelompok pemberontak pro-Rusia di wilayah separatis Donetsk di Ukraina timur pada Jumat melarang keberadaan Dokter Tanpa Batas (MSF) dan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, langkah yang digambarkan yayasan amal medis itu sebagai hal yang mengkhawatirkan.

MSF memberikan perawatan medis yang penting bagi para pasien di wilayah tersebut, terutama mereka yang memiliki penyakit gula dan gagal ginjal. MSF juga menjalankan program antituberkulosis di penjara-penjara Donetsk.

Pada akhir September, MSF yang berpusat di Jenewa, serta sembilan kelompok amal nonpemerintah lainnya diusir dari provinsi tetangga yang dikuasai pemberontak, Lugansk.

Pada saat itu, para milisi Donetsk lebih menahan diri, dengan mengatakan bahwa mereka sedang memeriksa dokumen-dokumen registrasi berbagai organisasi dan izin impor obat-obatan.

Namun pada Jumat, seorang perwakilan Republik Rakyat Donetsk --yang memproklamasikan diri secara sepihak-- mengatakan mereka telah memutuskan untuk menghentikan keberadaan organisasi-organisasi amal.

"Saya bisa memastikan soal adanya keputusan untuk menanggalkan akreditasi (MSF)," kata seorang pejabat, yang tidak disebutkan namanya, kepada AFP melalui telepon.

Keputusan pada Jumat itu didasarkan pada sejumlah pelanggaran hukum --yang tidak disebutkan, kata pejabat tersebut. Ia menambahkan, "Kami berhak untuk tidak mengungkapkan alasan".

Pejabat itu mengatakan Komite Palang Merah Internasional dan Masyarakat yang Membutuhkan --organisasi yang berpusat di Republik Ceko-- masih dibolehkan beroperasi di daerah itu. Kedua lembaga tersebut sebelumnya juga diduga melakukan pelanggaran.

Badan-badan PBB seperti Program Pangan Dunia (WFP), akan terkena dampak pelarangan tersebut karena mereka tidak memiliki akreditasi yang diperlukan.

Namun, WFP masih bisa menjalankan beberapa fungsinya melalui kelompok Masyarakat yang Membutuhkan, kata pejabat tersebut.

Direktur operasi MSF, Bart Janssens, memperingatkan bahwa pelarangan itu akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat umum. Ia mengatakan lembaga tersebut sudah meminta pihak berwenang Donetsk untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka.

"Kami sangat khawatir. MSF adalah penyelenggara (layanan kesehatan) terbesar di kawasan dan sekarang kami harus menghentikan perawatan bagi orang-orang," kata Janssens kepada AFP melalui telepon.

PBB memperkirakan bahwa konflik yang berlangsung 18 bulan di Ukraina telah menewaskan setidaknya 8.000 orang dan melukai 18.000 lainnya --sebagian besar adalah warga sipil.

Para pemberontak bergantung pada bantuan medis dan lainnya dari Rusia. Negara itu membantah mendukung pemberontakan sebagai balasan atas penggulingan tahun lalu terhadap pemimpin Kiev yang didukung Moskow.

Para milisi pro-Moskow memperlakukan kelompok-kelompok Barat dengan sangat waspada dan mencurigai bahwa beberapa di antara mereka merupakan mata-mata Uni Eropa dan Amerika Serikat.

(Uu.T008)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015