... kini dapat dinikmati para penyelam yang datang dari berbagai negara di belahan dunia maupun nusantara...
Jakarta (ANTARA News) - Panorama alam yang menawan, perpaduan lembah, gunung dan laut tampak cukup indah, meskipun lingkungan sekitarnya perbukitan di daerah pesisir pantai utama Bali gersang di musim kemarau ini.

Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, memiliki wilayah perairan pantai yang cukup luas, sehingga sebagian besar masyarakat setempat mempunyai matapencaharian sebagai nelayan.

Berawal dari kesadaran bersama diantara nelayan itu sejak dasawarsa '90-an untuk bertekad memperbaiki terumbu karang, tempat habitat aneka ikan hias dan satwa penguhuni laut yang kondisinya rusak akibat ulah manusia.

Kesadaran masyarakat mulai bangkit tentang pentingnya kelestarian lingkungan itu, dimotivasi lagi oleh sejumlah pengusaha hotel dan restoran di sekitarnya yang kini mampu menjadikan kawasan perairan itu sebagai habihat ratusan jenis ikan hias dan lestarinya terumbu karang.

Atas prestasi yang demikian itu Desa Pemuteran dijadikan sebagai tempat pelaksanaan Festival Menyelam Buleleng Bali 2015 yang diikuti ratusan penyelam dari dalam dan luar negeri yang dibuka Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Kementerian Pariwisata, I Gede Pitana, Jumat (23/10).

Gede Pitana memberikan apresiasi terhadap upaya dan terobosan yang dilakukan Pemkab Buleleng dalam mempromosikan pengembangan pariwisata di Bali utara.

Lewat kegiatan BBDF yang digelar Pemkab Buleleng secara berkesinambungan setiap tahun itu akan mampu menjadikan "koleksi" ratusan ikan dan kelestarian terumbu karang sebagai ikon pariwisata.

Festival yang berlangsung selama empat hari, 23-26 Oktober 2015 yang melibatkan ratusan penyelam dari mancangara memiliki peran dan fungsi yang sangat penting yakni sebagai wahana promosi potensi keunggulan daerah ke forum internasional.

Selama empat hari kegiatan tersebut berlangsung selain aktivitas menyelam menikmati panorama alam bawah laut juga dilakukan pelepasan struktur baru konservasi dengan tema "Gajah Mina", lomba foto bawah laut dan workshop biorock oleh dr Tom Guerau.

Selain itu juga dimeriahkan dengan kegiatan lomba melukis alam bawah laut, pameran kartun, konservasi, yoga, bakti sosial membersihkan pesisir, kuliner, pertunjukan musik dan kolosal budaya Bali.

Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, bertekad menjadikan Festival Menyelam Buleleng Bali Buleleng 2015, di Desa Pemuteran, Gerokgak, sebagai aktivitas tahunan yang digelar secara berkesinambungan setiap tahun.

Kegiatan perdana yang kini tengah berlangsung cukup antusias para wisatawan domestik dan mancanegara ikut memeriahkan festival itu. 

Melalui kegiatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan citra pariwisata sekaligus memperkenalkan kawasan konservasi pengembangan terumbu karang dan kelestarian ikan hias di pesisir utara Pulau Dewata.

Festival selam yang pertama dirangkai dengan kegiatan seni budaya nusantara dengan harapan mampu menarik wisatawan dalam dan luar negeri berkunjung ke Bali utara.

Upaya pelestarian terumbu karang di perairan Desa Pemuteran, Buleleng selama ini telah mendapat pengakuan dunia, termasuk lembaga pelestarian terumbu karang dunia Program Pembangunan PBB. 

Melalui festival selam pertama itu diharapkan menunjukkan potensi terumbu karang Buleleng yang kaya, dikemas dengan konservasi berbasis masyarakat setelah sempat rusak belasan tahun silam.

Ratusan nelayan setempat yang terhimpun dalam Kelompok Segara Indah Desa Pemuteran selama ini melakukan aktivitas menyelamatkan lingkungan pantai dengan membuat rumpon, sebagai tempat berkembang biak ratusan jenis ikan hias maupun satwa laut di habitatnya.

Upaya itu disertai pula dengan pengamanan swakarsa yang melibatkan puluhan pecalang, petugas keamanan desa adat, yang melakukan patroli secara bergantian di sekitar perairan laut tersebut.

Hasilnya tidak ada lagi mereka yang berani menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak, yang sebelumnya sangat marak dilakukan sehingga merusak terumbu karang. 

Jerih payah masyarakat Desa Pemuteran selama bertahun-tahun kini membuahkan hasil yang menggembirakan, yakni pernah menerima penghargaan dari pemerintah pusat sebagai penghargaan pesisir terbaik.

Meskipun demikian masyarakat setempat tetap gigih membuat rumpon, sebagai upaya memperbaiki terumbu karang, tempat habitat ratusan jenis ikan hias dan penyu serta satwa laut lainnya.

Terumbu karang buatan menggunakan besi yang dirancang sedemikian rupa, dibantu oleh tiga orang konsultan dari Amerika dan Jerman yang "disponsori" sejumlah pwengusaha hotel dan restoran di sekitarnya.

Rumpon dibuat dalam berbagai ukuran, sesuai bentuk yang diinginkan menyerupai terumbu karang asli ditempatkan di laut. Tahap pertama membuat enam rumpon, menyusul empat buah lagi hingga kini jumlahnya sudah mencapai belasan buah.

Terumbu karang buatan yang ukurannya bervariasi dua kali tiga meter sampai lima kali enam meter itu, ditempatkan di laut sekitar 300-500 meter dari pantai.

Dari daratan dialirkan listrik ke masing-masing rumpon yang berfungsi untuk mempercepat proses pengembangan terumbu karang buatan tersebut.

Aliran listrik yang dialirkan ke laut itu tidak berbahaya, karena sudah diatur berkekuatan rendah atau kekuatannya hampir sama dengan baterai, tutur seorang nelayan setempat Made Suarjana.

Rumpon yang ditempatkan di laut dalam waktu setahun, kini besi/kawat sebesar ibu jari iyu sudah berkembang menjadi sebesar lengan tangan orang dewasa, karena sudah ditumbuhi gulma-gulma dan flankton yang menjadi tempat bersarangnya ratusan jenis ikan hias.

Semua itu kini dapat dinikmati para penyelam yang datang dari berbagai negara di belahan dunia maupun nusantara yang ikut memeriahkan Festival Menyelam Buleleng Bali 2015. Pun seusai festival ini, terumbu karang dan ikan-ikan serta biota laut lain selalu bersedia menjadi teman bagi penyelam di bawah air. 

Oleh I Ketut Sutika
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015