Semua aspek strategis dibicarakan secara hangat dan terbuka oleh kedua pemimpin negara (Presiden RI Joko Widodo dan Presiden AS Barack Obama) mulai investasi, ekonomi, energi bersih, perubahan iklim, terorisme, demokrasi, hingga urusan kesehatan raky
Jakarta (ANTARA News) - Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, kunjungan Presiden Joko Widodo ke Washington DC, AS menuai sukses besar.

"Semua aspek strategis dibicarakan secara hangat dan terbuka oleh kedua pemimpin negara (Presiden RI Joko Widodo dan Presiden AS Barack Obama) mulai investasi, ekonomi, energi bersih, perubahan iklim, terorisme, demokrasi, hingga urusan kesehatan rakyat," katanya dalam rilis yang diperoleh di Jakarta, Selasa.

Menurut Sudirman, hasil nyata kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke AS adalah sebanyak 14 kesepakatan bisnis ditandatangani termasuk 11 di bidang energi, investasi senilai 3,5 miliar dolar disepakati, dan 17 transaksi bisnis ditandatangani.

Hasil nyata lainnya adalah 250 lebih komunitas bisnis AS, terutama investor yang sudah lama berada di Indonesia, hadir dalam jamuan makan malam.

"Kemudian, sebanyak 150 pelaku bisnis hadir dalam pertemuan bisnis dan tak kurang dari 15 pertemuan padat dan berisi dilakukan oleh Presiden dan delegasinya," katanya.

Sudirman, yang menyertai kunjungan Presiden RI ke AS, melanjutkan, Presiden mengutus empat menteri untuk mewakili kunjungan kerjanya di San Fransisco.

"Sejumlah business deal di bidang ekonomi digital yang dikomandani Pak Rudiantara (Menkominfo) terus akan dijalankan dan akan membawa RI to the next step dalam bidang ekonomi digital," katanya.

Menurut dia, Presiden Jokowi adalah sosok presiden yang sederhana, cepat, efisien, dan fungsional.

"Hasil-hasil nyata yang memberi manfaat bagi rakyat lebih bermakna dari pada upacara kebesaran yang memabukkan, tapi minus esensi," katanya.

Sudirman menambahkan, jika orang berharap pada upacara kebesaran saat kunjungan Presiden, maka tentu akan kecewa.

Selanjutnya, kalau yang ditunggu adalah diplomasi basa-basi tingkat tinggi, mereka akan kecewa juga.

"Kalau penghormatan diterjemahkan dengan besarnya bendera, lebarnya karpet merah, atau tingginya jabatan pejabat yang menjemput, itu semua tak ada," katanya.

Menurut dia, semua upacara penjemputan berlangsung sederhana, cepat, efisien, dan fungsional.

Ia juga mengatakan, jika penghormatan diterjemahkan dengan saling menghormati, maka kehadiran Presiden Jokowi jelas menuai respek amat besar.

Hal-hal yang sensitif dan Pemerintah RI meminta tidak disentuh, ujarnya, Pemerintah AS pun mengikutinya.

"Sebagai contoh, Freeport dan kasus bioremediasi Chevron, tidak ada pembicaraan itu sama sekali di semua sesi pertemuan, baik dengan pemerintah maupun bisnis," ujarnya.

Respek, lanjut Sudirman, juga terlihat ketika selesai pembicaraan resmi kedua pemimpin negara, Presiden Obama mengajak Presiden Jokowi keliling Gedung Putih dan bahkan diajak singgah ke area "housing" tempat tinggal keluarganya yang merupakan sesuatu yang amat jarang dilakukan pada tamu negaranya.

Bahkan, tambahnya, semula protokol menata acara pelepasan di ruang "oval", namun Presiden Obama secara spontan mengubah rencana dengan mengantarkan Presiden Jokowi dan seluruh delegasinya ke beranda Gedung Putih melewati koridor pribadinya yang biasanya tidak dilewati tamu.

Koridor pribadi adalah jalan penghubung antara rumah tinggal dan kantor Presiden Obama di Gedung Putih.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015