Kupang (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan melihat Festival Budaya Melanesia yang diadakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur sebagai perayaan keberagaman dari negara-negara yang memiliki penduduk Melanesia.

"Keberagaman tidak boleh menghalangi persatuan," kata Mendikbud Anies Baswedan saat membuka Festival Budaya Melanesia di Kupang, Rabu (28/10).

Berbicara keberagaman dalam konteks budaya berarti tidak terbatas pada garis administrasi wilayah namun aspek historis maupun genetis.

"Pertemuan ini menyadarkan berkumpul bukan semata karena masa lalu atau garis darah, tapi impian yang sama tentang dunia yang damai adil dan sejahtera," kata Anies Baswedan.

Jalur kebudayaan merupakan cara untuk mengusahakan masa depan yang baik pada generasi penerus karena dapat memicu kerja sama di bidang lainnya seperti ekonomi, politik dan sosial.

"Interaksi yang lebih jauh akan memunculkan perdamaian dan kesejahteraan." Generasi muda akan memiliki kesadaran bahwa latar belakang dan garis darah mungkin berbeda namun memiliki kesamaan cita-cita yang dapat membuat mereka bersatu.

Festival yang bertujuan menunjukkan bahwa Melanesia juga merupakan bagian dari budaya dunia ini merupakan cara untuk memperlihatkan tradisi masyarakat lokal demi meningkatkan pemahaman tentang ras tersebut.

Budaya Melanesia hendaknya tidak hanya dirawat dan dilestarikan karena akan menimbulkan kesan hanya membicarakan masa lalu, ia juga perlu dikembangkan.

"Izinkan budaya Melanesia untuk berkembang." Festival Budaya Melanesia untuk pertama kalinya digelar di Indonesia pada 27-30 Oktober dan dihadiri oleh perwakilan dari negara kawasan Pasifik berpenduduk Melanesia, antara lain Papua Nugini, Fiji, Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon dan Timor Leste.

Dirjen Kebudayaan Kacung Marijan mengharapkan pertemuan ini dapat menghasilkan kesepakatan untuk menggarisbawahi pentingnya kerja sama dalam bidang budaya demi membantu terjalinnya kerja sama di bidang lain.

"Kebudayaan sebagai titik sentral membangun kerja sama di negara kawasan Pasifik yang berbasis etnik dan budaya Melanesia," kata dia.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015