Jakarta (ANTARA News) - Delapan puluh tujuh tahun setelah sumpah pemuda dideklarasikan, spirit berbangsa satu justru memudar. Pemerintah, individu dan civil society yang peduli dengan Indonesia yang beragam dan harmoni harus membangkitkan kembali semangat satu bangsa, kata Denny JA, aktivis Indonesia Tanpa Diskriminasi di Jakarta, Rabu.

Dalam keterangan persnya, Denny menilai saat ini bangsa Indonesia justru nampak belum bersatu padu. Denny juga mengutip terdapat 250 Peraturan Daerah (Perda) yang dibuat aneka kepala daerah dari Aceh sampai Papua dinilai masih mengandung rasa diskriminasi warga negara.

Inilah puisi lengkap Denny JA menyambut Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda Masa Kini

"Ayo umar, ucapkan!
Jangan ragu, bacakan!
Teman-temannya heran.
Umar nampak gemetaran

Halaman kampus tiada besar.
Peringatan sumpah pemuda digelar.
Hanya belasan aktivis yang datang.
Umar selama ini paling lantang.

Namun itu deklarasi sumpah pemuda.
Umar gagal membacanya.
Yaitu soal "Berbangsa satu,
bangsa Indonesia."

"Mulutku tak mau kuperintah," ujar Umar
"Lidahku tak mau mengucapkannya," ujar Umar
"Pikiranku tak mau membacanya," ujar Umar
"Apalah daya?," tanya Umar

"Seolah mulutku protes
Seolah lidahku protes
Seolah pikiranku protes
Mereka bersatu melawanku dengan protes"

"Seluruh tubuhku menggerutu:
Apa benar kita bangsa yang satu?
Yang nampak justru bangsa terpecah belah
Walau tetap bernama Indonesia."

"Konfik anak bangsa.
Sudah menelan 10 ribu nyawa.
Itu terjadi sejak reformasi sembilan delapan
Justru di era datangnya kebebasan.

"Kristen- Muslim konflik di Maluku
Itu  tahun 99-2002
Dayak- Madura konflik di Sampit.
Itu tahun 2001
Etnis Tionghoa dizalimi di Jakarta.
Itu  tahun 98
Ahmadiyah diusir di Mataram.
Itu  sejak tahun 2003
Etnis Bali ditindas di Lampung Selatan.
Itu tahun 2010"

"Mereka semua anak bangsa
Mereka tulen indonesia
Namun mereka saling menerkam
Ingin saling meniadakan"

itulah dahak di kerongkonganku
Mengapa  sumpah pemuda itu
Gagal kubaca selalu

Soal  mimpi Bangsa Indonesia yang satu
Hanya tertulis di buku
Panca inderaku memberontak-membara
Tak mau ikut bersandiwara

"Tapi Umar," ujar Mona
Kita harus mulai dengan mimpi Indah
Itu untuk gelora
Mengubah realita."

Ujar Umar: "mimpiku telah dikalahkan realita
"Lihatlah di Mataram pengungsi Ahmadiyah
Lihatlah di Sampang pengungsi Syiah
"Lihatlah 250 perda dari Aceh hingga Papua
Lihatlah kesewenangan kepala daerah
Mereka mendiskriminasi warga negara

Mona diam merenung
Dilihatnya wajah Umar yang murung
Dulu Umar begitu berkobar
Kini ia layu seperti telur dadar

Mona tak ingin seperti Umar
Hatinya harus terus berkoar
Mimpi tak boleh henti
Sejarah baginya seindah pelangi
Dulu begitu banyak diskriminasi
Tumbuh di semua negeri
Kini bertukar sudah dengan prinsip hak asasi

Spirit Sumpah Pemuda ditumbuhkannya di hati
Ia sangat meyakini
Dengan perjuangan anak negeri
Akan datang sebuah negeri
Indonesia Tanpa Diskriminasi

(Denny JA, 28 Okt 2015)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015