Tripoli (ANTARA News) - Korban tewas mencapai 18 orang dalam peristiwa jatuhnya sebuah helikopter pemerintah Libya --yang berpusat di Tripoli, kata seorang pejabat angkatan laut, Rabu.

Letnan Rabii Mohamad mengatakan 13 mayat ditemukan setelah helikopter itu tertembak jatuh pada Selasa di dekat Al-Maya, di sebelah barat ibu kota, dan lima mayat lain diangkat pada Rabu pagi.

"Hari ini kami akan memusatkan (upaya) mengangkat rongsongkan helikopter itu tapi kami tidak tahu apakah masih ada jenazah-jenazah lainnya karena jumlah penumpang tidak jelas," kata Mohamad kepada AFP.

Kolonel Mustafa Sharkasi dari angkatan udara Tripoli mengatakan, Selasa, jumlah orang yang berada di dalam helikopter adalah 15 orang dan setidaknya sembilan tewas, termasuk Kolonel Hussein Abu Diyya dari milisi Fajar Libya yang mengendalikan ibu kota negara.

Sharkasi mendukung unsur internasional terlibat dalam insiden tersebut dan ia menyatakan tekad untuk melakukan pembalasan.

Sejauh ini, belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab.

Libya menjadi kacau setelah berlangsungnya penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011 hingga ia tewas.

Kedua pemerintahan saling bersaing menjalankan kekuasaan dan kelompok-kelompok bersenjata sedang berebut menguasai sumber-sumber daya energi yang besar.

Tak lama setelah jatuhnya helikopter itu diumumkan, bentrokan meletus di sepanjang jalan yang menghubungkan Tripoli ke Al-Maya, kata seorang juru kamera AFP.

Sementara itu, parlemen Tripoli, mendeklarasikan "kewaspadaan sangat tinggi" di sebuah daerah di bagian barat ibu kota menuju pinggiran kota Zawiya, yang jauhnya sekitar 45 kilometer.

Misi Pendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSMIL), yang bergulat mengajak faksi-faksi bersaing Libya untuk mencapai kesepakatan guna mengakhiri kerusuhan --yang telah berlangsung selama lebih dari empat tahun, menyatakan pihaknya menyesalkan hilangnya nyawa dalam peristiwa jatuhnya helikopter itu.

UNSMIL mendesak agar investigasi dilakukan dan meminta "para pemimpin daerah dan pihak-pihak yang berpengaruh di lapangan untuk segera bertindak menghindarkan meningkatnya ketegangan".

(Uu.T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015