Ramallah, Palestina (ANTARA News) - Bentrokan terus terjadi antara Israel dan Palestina, dan menewaskan dua orang Palestina pada Kamis (29/10) dalam peristiwa terpisah di Kota Al-Khalil (Hebron), bagian selatan Tepi Barat, kata pemerintah Palestina.

Pada Kamis pagi, Mohamed Awawdeh, seorang pejabat di Kementerian Kesehatan Palestina mengkonfirmasi kepada kantor berita Xinhua bahwa militer Israel menembak dan menewaskan satu orang Palestina yang diduga menikam seorang prajurit Israel di Tepi Barat.

Juru bicara polisi Israel mengatakan peristiwa itu terjadi di dekat Tomb of Patriarchs, makam Nabi Ibrahim, Ishak, Yakub serta istri-istri mereka; tempat suci bagi umat Muslim, Nasrani dan Yahudi.

"Setelah pemuda itu terbunuh, militer Israel menahan mayatnya dan menolak untuk menyerahkannya kepada keluarganya," kata Awawdeh sebagaiman dikutip kantor berita Xinhua.

Ia menambahkan militer Israel masih menahan 20 mayat orang Palestina sejak awal Oktober, kebanyakan dari mereka berasal dari Hebron.

Pada Kamis malam, Awawdeh mengatakan, satu lagi orang Palestina ditembak mati oleh tentara Israel di Al-Khalil.

Identitas pria tersebut belum diketahui dan mayatnya dibiarkan tergeletak di tanah, tambah pejabat Palestina itu.

Saat ketegangan meningkat di lapangan, berbagai faksi Palestina, termasuk HAMAS, menyerukan satu hari lagi hari kemarahan terhadap Israel pada Jumat.

Sementara itu, para pemimpin Palestina juga melakukan pertempuran diplomatik internasional guna mencari perlindungan buat rakyat Palestina.

Kementerian Luar Negeri Palestina pada Kamis menuduh pemerintah Israel melakukan terorisme terorganisir terhadap rakyat Palestina.

"Pemimpin partai sayap-kanan dan tokoh ekstrem sayap-kiri di dalam pemerintah Israel bersaing untuk melancarkan metode baru penindasan dan gangguan terhadap orang Palestina," kata kementerian tersebut di dalam satu pernyataan.

"Yang paling akhir adalah usul Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mendirikan pengadilan sipil guna mempercepat penghukuman kolektif dan mengeluarkan instruksi pehananan administratif, penghancuran rumah dan pencabutan izin tinggal," tambah pernyataan tersebut.

Kementerian Luar Negeri Palestina menganggap tindakan itu sebagai agresi barbar nyata yang dipraktekkan oleh kekuatan pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina, dan menyeru masyarakat internasional mendesak Israel menghentikan semua kejahatan tersebut.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah korban jiwa di pihak Palestina akibat tindakan militer dan polisi Israel sejak awal Oktober telah naik jadi 68.

Lebih dari 2.000 orang Palestina cedera dalam berbagai bentrokan dengan pasukan keamanan Israel.

Gelombang terkini bentrokan meletus pada September di kompleks Masjid Al-Aqsha, Jerusalem Timur, dan menyebar ke seluruh Israel, Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Dalam beberapa hari belakangan, Hebron, tempat 1.000 pemukim Yahudi tinggal di bawah penjagaan militer kuat di antara puluhan ribu orang Palestina, menjadi ajang utama bentrokan, dengan serangan-serangan menggunakan pisau dan bentrok yang hampir setiap hari terjadi antara pengunjuk rasa Palestina dan pasukan Israel.

Gelombang bentrokan itu telah menewaskan 11 orang Israel, yang utamanya meninggal karena ditikam menggunakan pisau, menurut beberapa pejabat. (Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015