Surabaya (ANTARA News) - Dokter Spesialis Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri-Ginekologi (obgin) RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Relly Yanuari Primariawan, Sp.OG (K) menjelaskan bahwa biaya program bayi tabung sekitar Rp40-50 juta, tergantung kasus yang ditangani dan usia dari calon ibu.

"Biaya program bayi tabung ini sekitar Rp40-50 juta, tergantung bagaimana kasus yang terjadi pada pasien dan usia dari calon ibu yang dapat mempengaruhi kesuburan," kata Kepala Divisi Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi Departemen Obgin ketika ditemui di RSUD dr Soetomo Surabaya, Sabtu.

Mahalnya biaya program bayi tabung ini, katanya, dikarenakan 60 persen biayanya adalah dari obat-obatan serta biaya untuk laboratorium.

Ia mengatakan, biaya untuk melakukan program bayi tabung di Indonesia antara Rp40-50 juta untuk satu kali siklus, mulai dari merangsang keluarnya sel telur hingga transfer embrio ke dalam rahim.

Siklus ini bukan didasarkan atas keberhasilan kehamilan, sehingga untuk bisa berhasil, pasangan yang melaksanakan bayi tabung umumnya harus melakukan lebih dari satu kali siklus.

"Jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Singapura atau Vietnam, biaya di Indonesia memang sangat mahal, karena obat-obat disana disubsidi oleh pemerintah, sedangkan di Indonesia biaya program bayi tabung dilakukan secara mandiri, serta biaya bea masuk obat-obatnya sangat tinggi, sehingga pajak itulah yang membuat harga program bayi tabung menjadi mahal," ujarnya.

Sebagai perbandingan, lanjutnya, proses bayi tabung di Malaysia diperkirakan 1.000 ringgit Malaysia (sekitar Rp30 juta). Mahalnya biaya bayi tabung di Indonesia disebabkan pajak obat-obatan yang digunakan, karena obat untuk bayi tabung masih dianggap sebagai barang mewah dan sebagian besar asuransi tidak menanggung proses bayi tabung.

"Kelebihan program bayi tabung di Indonesia, mayoritas menghasilkan bayi kembar, karena penanaman embrio ke rahim calon ibu maksimal tiga, padahal idealnya memang cukup satu embrio saja. Persepsi orang Indonesia juga memengaruhi, logikanya ketika pasangan suami istri belum memiliki keturunan, setelah melakukan program bayi tabung, mereka akan menginginkan anak lebih dari satu," paparnya.

Dalam pembuatan bayi tabung, terlebih dahulu dilakukan pemetikan ovum, dan memiliki dua fase yang bisa dilakukan yaitu down regulation, tahapan dimana bayi tabung diproses untuk menciptakan keadaan indung telur siap untuk menerima stimulasi, serta stimulasi untuk merangsang agar terjadi pertumbuhan folikel di dinding telur.

"Kemudian dilakukan operasi petik ovum untuk mendapatkan indung telur yang paling matang dan siap untuk dibuahi dan dijadikan embrio,lalu cara terakhir adalah transfer. Tranfer tersebut berupa transfer embrio ke dalam rahim, dengan catatan jika embrio yang jadi ada delapan, maka tiga embrio akan dimasukkan ke dalam rahim," tuturnya.

Sedangkan sisa embrio dimasukkan dalam cryopreservation (ruang simpan beku) yang bisa disimpan hingga 1 tahun ke depan. Embrio ini disimpan agar jika gagal bisa digunakan lagi tanpa perlu mengambil sel telur, serta jika pasien menginginkan kehamilan lagi dengan program bayi tabung, biayanya bisa ditekan. 

Pewarta: Indra/Laily
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015