November dan Desember kalau tidak ada upaya khusus sulit untuk deflasi, karena pada saat itu musim inflasi tinggi,"
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan menjelang akhir tahun atau pada periode November dan Desember akan terjadi inflasi setelah pada dua bulan terakhir tercatat deflasi.

"November dan Desember kalau tidak ada upaya khusus sulit untuk deflasi, karena pada saat itu musim inflasi tinggi," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Senin.

Sasmito mengatakan inflasi menjelang akhir tahun bisa berkisar antara 0,5 persen hingga satu persen sesuai tren terdahulu, namun proyeksinya bisa lebih rendah apabila pemerintah mampu mengantisipasi tingginya permintaan bahan komoditas pangan mendekati perayaan Natal dan Tahun Baru.

"Upaya pemerintah sudah lumayan banyak, sehingga September-Oktober tercatat deflasi. Itu dijaga saja (hingga akhir tahun) supaya tidak terjadi kenaikan harga barang-barang cukup besar," katanya.

Sasmito mengatakan laju inflasi bisa di bawah proyeksi empat plus minus satu persen pada akhir tahun, apalagi inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2015 baru tercatat 2,16 persen dan inflasi tahun ke tahun (year on year) 6,25 persen.

"Dampak kenaikan harga BBM pada November 2014 akan hilang, jadi inflasi bisa di sekitar empat persen, atau ke bawah sedikit. Tapi, ada yang harus diwaspadai seperti harga beras, tarif listrik dan tarif angkutan pada November dan Desember," katanya.

BPS mencatat pada Oktober 2015 terjadi deflasi sebesar 0,08 persen setelah sebelumnya pada September juga deflasi 0,05 persen. Padahal dalam periode yang sama tahun lalu, September 2014 tercatat inflasi 0,27 persen dan Oktober inflasi 0,47 persen.

Salah satu penyebab terjadinya deflasi pada Oktober 2015 adalah penurunan harga beberapa komoditas makanan sebagai dampak dari upaya pemerintah untuk mengendalikan harga komoditas secara menyeluruh dan merata di berbagai daerah.

Komoditas yang mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi pada Oktober adalah cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, telur ayam ras, jengkol, kacang panjang, ketimun, cabai hijau, tarif listrik, bahan bakar rumah tangga dan bensin.

Namun, masih ada komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti beras, tomat sayur, wortel, tomat buah, bawang merah, bayam, jeruk, bawang putih, mie, rokok kretek, rokok kretek filter, tarif kontrak rumah, upah tukang bukan mandor dan mobil.

Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan menyumbang deflasi 1,06 persen pada Oktober, tapi kelompok lainnya masih mengalami inflasi tipis yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,4 persen dan kelompok kesehatan 0,29 persen.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015