Intensitas gempa bumi yang terjadi pada Agustus hingga Oktober meningkat dari dua kali kejadian pada Agustus, menjadi empat kali pada September dan meningkat menjadi delapan kali pada Oktober,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Intensitas gempa yang dirasakan warga DIY tercatat mengalami peningkatan selama tiga bulan terakhir, yaitu pada Agustus hingga Oktober.

"Intensitas gempa bumi yang terjadi pada Agustus hingga Oktober meningkat dari dua kali kejadian pada Agustus, menjadi empat kali pada September dan meningkat menjadi delapan kali pada Oktober," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya di Yogyakarta, Rabu.

Berdasarkan catatan BMKG Yogyakarta, kekuatan gempa bumi yang terjadi bervariasi antara 2,5 skala richter (SR) hingga lebih dari 5 SR dengan pusat gempa di laut maupun di darat dan kedalaman bervariasi.

Pusat gempa di laut terjadi di laut sekitar laut Pacitan, dan laut tenggara Cilacap sedang di darat terjadi di Kabupaten Bantul maupun di Kabupaten Gunungkidul.

Gempa yang terjadi pada Agustus memiliki kekuatan sebesar 5 SR dan 4,3 SR masing-masing terjadi pada 1 dan 18 Agustus.

Sedangkan pada September terjadi empat kali gempa yang terjadi pada 18, 22 dan 24 September. Pada 18 September bahkan terjadi dua kali gempa dengan hanya berselang beberapa menit. Kekuatan gempa yang terjadi sepanjang September tercatat antara 2,6 SR dan 4,6 SR.

Sementara itu, gempa yang terjadi sepanjang Oktober tercatat terjadi pada 4, 12, 13, 19, 22, 26, 28 dan 29 Oktober dengan kekuatan guncangan bervariasi antara 2,5 SR hingga 5,2 SR.

Tony mengatakan, meningkatnya intensitas gempa yang terjadi di DIY disebabkan aktifnya subduksi dua lempeng benua di selatan DIY dan aktifnya sesar atau patahan di daratan.

Meskipun terjadi peningkatan intensitas gempa dalam tiga bulan terakhir, Tony mengingatkan masyarakat tidak panik tetapi tetap waspada karena DIY adalah daerah rawan gempa sehingga gempa bisa terjadi kapan saja.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Agus Winarto mengatakan, sejumlah bencana yang berpotensi terjadi di antaranya adalah gempa, banjir, tanah longsor dan angin kencang.

"Bencana tidak bisa diprediksi sehingga yang bisa dilalukan adalah menyiapkan warga untuk selalu waspada jika sewaktu-waktu terjadi bencana," katanya.

Saat ini, Yogyakarta sudah memiliki 55 kampung tangguh bencana yang ditujukan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana dan meningkatkan kemampuan mitigasi bencana di masyarakat.

Pewarta: Eka Arifa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015