Juba (ANTARA News) - Penyelam Perserikatan Bangsa-Bangsa di Sudan Selatan, Kamis, mencari korban dan kotak hitam sebuah pesawat yang jatuh di Sungai Nil hingga mengakibatkan setidaknya 36 orang tewas.

Penyelam Bangladesh, dari pasukan penjaga perdamaian PBB, menjelajahi Sungai Nil Putih di sekitar lokasi kecelakaan, kata misi PBB, lapor AFP.

Insinyur Jepang dalam tim PBB, tidak lama kemudian, tiba untuk membantu mengangkat bagian yang lebih besar dari puing pesawat, di tengah kekhawatiran lebih banyak mayat korban yang mungkin terperangkap di bawah badan pesawat yang terbuat dari logam.

Menteri transportasi Sudan Selatan mengatakan mereka mencoba untuk mencari tahu apa yang menyebabkan kecelakaan Rabu itu, ketika pesawat Antonov dari era Soviet menabrak tepi sungai setelah lepas landas dari ibu kota Juba.

"Target utama kami sekarang adalah untuk menemukan semua mayat dan kotak hitam, dan kami dapat memulai penyelidikan penuh atas kecelakaan itu," kata Kwong Danhir Gatluat.

Polisi dan pekerja penyelamatan menemukan mayat 36 pria, wanita dan anak-anak di antara reruntuhan pesawat kargo itu, yang menabrak sebuah komunitas pertanian di sebuah pulau di Sungai Nil Putih, beberapa detik setelah keberangkatan.

Kepala Otoritas Penerbangan Sipil Stephen Warikozi mengatakan para petugas mencoba untuk menemukan manifes pesawat --daftar resmi penumpang pesawat-- sementara pencarian korban dan kotak hitam terus dilakukan.

Badan utama pesawat menabrak pepohonan tetapi puing-puing itu tersebar di wilayah yang luas di sekitar tepi sungai, serta jatuh ke dalam sungai itu sendiri.

Polisi mengatakan mereka tidak tahu berapa banyak penumpang yang ada di dalam pesawat yang jatuh itu --atau jika ada orang yang tewas atau terluka dalam peristiwa itu-- dan, oleh karena itu, mereka tidak dapat memberikan jumlah resmi korban tewas.

Pesawat kargo yang melayani bagian terpencil Sudan Selatan sering membawa penumpang serta barang-barang, dan biasanya kelebihan beban. Bandara Juba adalah bandara tersibuk di negara yang dilanda perang itu, yang memiliki luas seukuran Spanyol dan Portugal tetapi hanya memiliki beberapa jalan beraspal.

Bandara itu melayani penerbangan komersial biasa, serta pesawat dan kargo pesawat militer yang memberikan bantuan ke daerah-daerah terpencil yang tidak dapat diakses oleh jalan.

Sudan Selatan telah masuk ke dalam perang saudara pada Desember 2013, ketika Presiden Salva Kiir menuduh mantan wakilnya Riek Machar merencanakan kudeta, mengawali siklus pembunuhan balas dendam yang telah memecah negara miskin itu di sepanjang garis etnis.

Puluhan ribu orang tewas dan pertempuran berlanjut meskipun perjanjian damai pada Agustus, tapi pertempuran saat ini berlangsung jauh dari ibu kota.
(Uu.G003/T008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015