Jakarta (ANTARA News) - Teater Koma menampilkan korupsi melalui pagelaran lakon berjudul "Inspektur Jenderal" yang disutradai oleh Nano Riantiarno dan diangkat dari karya asli seorang bekebangsaan Rusia, Nikolai Gogol.

Lakon yang merupakan produksi ke-142 Teater Koma ini dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta mulai 6 November hingga 15 November 2015.

"Hal-hal yang ada dalam pagelaran ini bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua," kata Nano Riantiarno usai pementasan tersebut Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta, Kamis malam.

Menurut Nano, korupsi sudah ada bahkan sejak manusia belum mengenal peraturan, yaitu ketika anak Nabi Adam membunuh saudara kandungnya.

Konsep tersebut, lanjut dia, kemudian dituangkan ke dalam sebuah cerita oleh Nikolai Gogol dengan judul asli "Revizor" atau "The Government Inspector" atau "The Inspector General" dan dipentaskan pertama kali pada 19 April 1836.

Nikolai Gogol kemudian mendapat kritikan pedas atas karyanya itu, terutama dari kalangan pendukung Tsar (pemimpin kekaisaran penguasa Rusia).

Di Indonesia, lakon Inspektur Jenderal ini pernah dipentaskan oleh Teater Populer pada Januari dan Februari 1970, disutradarai oleh Teguh Karya, di mana ketika itu Nano Riantiarno juga ikut bermain.

Ada pun kisah Inspektur Jenderal versi Nano masih mengikuti alur cerita aslinya, namun menjadi khas karena sang sutradara memasukkan unsur pewayangan, terlihat dari kisahnya yang mengambil tampat di Astinapura, Ibu Kota Astina, salah satu negara dalam Mahabharata.

Alkisah, Astina sedang didera kabar akan adanya perang dengan negara Amarta. Sebegai bentuk persiapan, pemerintah di Astinapura pun mengirimkan salah seorang pejabatnya, seorang Inspektur Jenderal, ke sebuah kota kecil di wilayahnya, yang dipimpin Wali Kota Ananta Bura.

Tidak ada yang mengetahui secara persis siapa Inspektur Jenderal tersebut, berikut apa yang akan diamati juga kapan dia akan datang. Ini yang membuat was-was Wali Kota Ananta Bura, dan para pejabat daerah lain.

Karena ternyata, pimpinan daerah dan pejabat di kota kecil itu semuanya korupsi, bahkan ke tingkat polisi, sang penegak hukum. Jika nantinya sang Inspektur mengetahui semua ini, tentu akan sangat membahayakan mereka.

Bersamaan dengan merebaknya kabar ini, kota kecil tersebut kedatangan seorang pemuda bernama Anta Hinimba, yang tinggal di penginapan. Tersiarlah desas-desus dan dugaan bahwa anak muda itu adalah Inspektur Jenderal.

Wali Kota dan para pejabat daerah kemudian mencoba menyuap Anta Hinimba untuk "mengamankan" diri mereka masing-masing. Tetapi, setelah semua memberikan upeti kepada Anta, akhirnya diketahui pemuda itu bukanlah Inspektur Jenderal dan hanya seorang juru tulis yang senang mabuk dan berjudi.

Apa daya, saat mereka menyadari semuanya, Anta sudah melarikan diri dari kota itu. Wali Kota dan para pejabat pun harus menerima keadaan dan bersiap menghadapi Inspektur Jenderal asli yang tiba tidak lama setelah Anta pergi.

Berita kedatangan Inspektur pun menjadi akhir dari pementasan yang berlangsung selama kurang lebih empat jam tersebut. Tetapi, sosok Inspektur Jenderal yang sebenarnya tidak diperlihatkan.

"Akhirnya memang seperti itu, sesuai naskah asli. Intinya, Nikolai Gogol memang ingin membuat kita bertanya apakah Inspektur Jenderal ada atau tidak. Kalau misalnya memang ada, artinya korupsi akan diberantas. Tetapi juga bisa saja utusan itu pergi ke tempat lain," kata Nano Rintiarno.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015