Banyuwangi (ANTARA News) - Kementerian Pertanian menjadikan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sebagai percontohan produksi kedelai varietas unggul baru (VUB) untuk tingkat nasional dengan produktivitas 3 ton per hektare.

Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (Buakabi) Kementan, Maman Suherman, sebagaimana dikutip keterangan tertulis Humas Pemkab Banyuwangi, Minggu menjelaskan wilayah paling timur Pulau Jawa itu menjadi salah satu daerah percontohan "gelar inovasi teknologi" untuk peningkatan produksi kedelai dengan bibit VUB karena memiliki potensi yang besar.

"Pemilihan ini tidak meleset karena hasilnya sangat memuaskan dengan produktivitas rata-rata 3 ton/hektare. Jumlah ini jauh melampaui rata-rata angka produktivitas kedelai nasional sebesar 1,5 ton per hektare atau di Jatim 1,6 ton per hektare," katanya saat melakukan panen raya kedelai di Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar, Sabtu (7/11).

Menurut dia, kesuksesan di Banyuwangi ini harus dapat direplikasi di daerah-daerah lain di berbagai agroekosistem, baik pada lahan-lahan yang yang pernah ditanami kedelai maupun pada lahan-lahan baru dalam rangka perluasan areal tanam (PAT).

Panen kali ini dilakukan pada lahan seluas 100 hektare. Di lahan itu jenis VUB yang ditanam ada 10 jenis, yakni Burangrang, Dega 1, Dena 1 dan Devon 1. Selain itu juga ada GH toleran genangan 8, GH toleran genangan 10, Argomulyo, Dering 1, Grobogan dan Anjasmoro. Varietas Dena 1, bahkan mampu menghasilkan 3,55 ton per hektare.

Sementara itu Kepala Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Kementan Didik Hernowo juga menyatakan kegembiraannya karena rata-rata produktivitas kedelai pada program ini tinggi. "Alhamdulillah tantangan Pak Menteri bisa kami realisasikan di Banyuwangi," katanya.

Didik membeberkan, bibit kedelai VUB memiliki beberapa keunggulan dari bibit kedelai pada umumnya, seperti cocok pada lahan dengan intensitas panas matahari yang lama, tahan terhadap penyakit karat daun dan hama pengerek polong yang menjadi momok petani kedelai, serta lebih irit pupuk.

"Agar didapatkan hasil panen yang baik kami juga memberikan pendampingan secara intensif kepada para petani. Seperti melakukan pelatihan teknologi dan secara rutin mengingatkan agar pemupukan tidak sampai terlambat," ujarnya.

Bibit VUB ini, tutur Didik, merupakan bibit pokok dan bukan bibit hibrida dan karena itu biji kedelai hasil panen bisa ditanam kembali sebagi bibit baru. Produktivitas bibit ini tidak kalah dari produktifitas panen bibit pokok. "Jadi petani tidak perlu bingung untuk mendapatkan bibit VUB untuk jangka panjang," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut juga diserahkan secara simbolis bantuan bibit VUB kepada perwakilan petani kedelai dari kecamatan-kecamatan yang menjadi sentra kedelai Banyuwangi, seperti Tegaldlimo, Purwoharjo, Cluring, Bangorejo, dan Pesanggaran.

Secara terpisah Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Banyuwangi Ikrori Hudanto menambahkan saat ini produktivitas kedelai di Banyuwangi baru mencapai 1,7 ton per hektare. Dengan adanya teknologi inovasi pertanian dengan bibit VUB ini, ia pun optimistis produktivitas kedelai akan meningkat dalam waktu yang cepat secara merata.

"Kalau hasil panennya selalu besar seperti ini, Banyuwangi akan menjadi sentra kedelai secara nasional," ujarnya.

Pada 2013, produksi kedelai Banyuwangi mencapai 67.441 ton, tumbuh sekitar 15 persen dibanding 2012 sebesar 58.648 ton. Sementara pada 2014 meningkat 21,7 persen dari tahun sebelumnya. Dengan jumlah produksi ini Banyuwangi telah memasok 21,7 persen produksi kedelai Jawa Timur, yakni sebesar 157.143 ton dari luas tanam 35.000-40.000 hektare setiap tahunnya.

Pewarta: Masuki M Astro
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015