Moscow/Dubai, (ANTARA News) - Moscow memulangkan sekitar 11.000 wisatawan Rusia di Mesir dalam 24 jam terakhir sebagai respon atas kecelakaan pesawar di Semenanjung Sinai satu pekan lalu, demikian kantor berita RIA mengabarkan pada Ahad.

Menurut Reuter, namun demikian, puluhan ribu wisatawan lainnya masih menunggu penerbangan pulang dari Mesir.

Sementara itu kepala penyelidik Mesir untuk kecelakaan pesawat Rusia, yang terjadi pada 31 Oktober dan menewaskan 224 orang, mengatakan bahwa timnya tengah memeriksa semua skenario yang mungkin menjadi penyebab--termasuk dugaan dari negara-negara Barat mengenai keterlibatan kelompok teroris.

Kecelakaan yang sama juga diprediksi akan membuat keamanan penerbangan di seluruh dunia diperketat.

Saat ini, ribuan warga asal Rusia dan Inggris tengah menunggu di bandar udara Sharm Sheikh, tempat di mana pesawar Airbus A321 lepas landas menuju St. Petersburg sebelum jatuh 23 menit setelah terbang.

Setelah kecelakaan tersebut, pihak Moscow langsung melarang semua penerbangan dari dan menuju Mesir. Akibatnya, 80.000 warga Rusia tersebut tidak bisa pulang ke negaranya.

Seorang pejabat dari Inggris mengatakan bahwa butuh waktu 10 hari bagi pihaknya untuk memulangkan semua turis yang kini berada di Mesir.

Di sisi lain, Kepala Maskapai Emirates Tim Clark memperkirakan bahwa kecelakaan di Mesir akan membuat pengamanan penerbangan di seluruh dunia diperketat.

Di Dubai, Clark juga menjelaskan bahwa dia telah meminta manajemen perusahaannya untuk meninjau kembali prosedur keamanan penerbangan meski tidak melakukan penjadwalan ulang.

Secara umum, Semenanjung Sinai sendiri memang tengah menjadi medan pertempuran antara kelompok teroris Daulah Islam (ISIS) dengan pasukan pemerintah Mesir. Organisasi tersebut mengaku telah menjatuhkan pesawat A321 sebagai balasan atas serangan Rusia di Irak dan Suriah.

Mereka juga berjanji akan mengungkap bagaimana mereka menjalankan serangan tersebut di masa mendatang.

Jika memang terbukti ISIS melakukan serangan itu, maka kejatuhan A321 akan menjadi serangan teroris terbesar sejak Al Qaeda menabrakkan pesawat di gedung World Trade Center pada September 2001 lalu.

Pada Sabtu, sejumlah pejabat keamanan mengungkapkan bahwa Mesir tengah memeriksa rekaman video di Bandar Udara Sharm al-Sheikh untuk menemukan aktivitas yang mencurigakan. Pengakuan tersebut menjadi tanda paling jelas bahwa Kairo juga menduga keterlibatan kelompok teroris.

(G005)





Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015