Johannesburg (ANTARA News) - Krisis air di Afrika Selatan telah bertambah parah, sehingga Pemerintah Kota Johannesburg memberlakukan pembatasan air pada Senin (9/11).

Sebagai bagian dari penjatahan air tingkat-dua, konsumen dan pengusaha didesak agar tidak menyirami kebun mereka antara pukul 06.00 dan pukul 18.00 dan menghindari mengisi bak mandi serta kolam renang.

Pemerintah Kota tersebut juga menyeru pelanggan agar sepenuhnya mengisi pencuci piring dan mesin pencuci pakaian, menggunakan kembali air mandi serta menggunakan air lebih sedikit untuk mandi.

Instruksi itu dikeluarkan meskipun ada janji dari Pemerintah Kota pekan lalu bahwa pembatasan air takkan diberlakukan.

Tindakan tersebut dilakukan sebab permukaan air di bendungan merosot, kata bebreapa pejabat kota.

Pemerintah Kota itu menyatakan Pemerintah menerima pemberitahuan mendesak dari perusahaan pengolah air Rand Water untuk mulai melakukan tindakan pengendalian dalam penggunaan air.

Jika krisis air terus bertambah buruk, Pemerintah Kota akan dipaksa melakukan pembatasan tingkat-tiga, yang berarti pemutusan pasokan air pada saat-saat tertentu, demikian laporan Xinhua.

Kota Tshwane --yang sebelumnya bernama Pretoria-- mulai melakukan pembatasan air pada Oktober. Sebagian daerah lain telah kehabisan pasokan air dan warga di sana harus dipasok air dengan menggunakan mobil tangki air.

Pemerintah Afrika Selatan telah membentuk tim satuan tugas antar-kementerian untuk mengawasi bertambah parahnya kondisi kemarau di negeri tersebut.

Tim itu akan membahas dan mengusulkan campur-tangan lebih lanjut terhadap masyarakat yang paling parah dilanda kemarau.

Tiga provinsi --Free State, KwaZulu-Natal dan Limpopo-- telah dinyatakan sebagai daerah bencana kemarau.

Sementara itu, Dinas Cuaca Afrika Selatan menyatakan hujan diprakirakan baru turun sekitar Kamis (12/11).

Banyak ahli cuaca mengatakan kemarau terjadi akibat salah satu peristiwa El Nino terbesar dalam sejarah negeri tersebut.

El Nino adalah menghangatnya temperatur permukaan air samudra di Pasifik Tengah dan Timur, yang terjadi setiap beberapa tahun sekali. Fenomena alam itu dapat mengakibatkan banjir di beberapa wilayah tapi di Afrika Selatan, El Nino selalu mengakibatkan kemarau, meningkatkan jumlah hari panas dan mengurangi kelembaban tanah.

Akibat kemarau, petani Afrika Selatan harus mengurangi penanaman jagung sampai 3,8 persen; sebesar 2.551 juta hektare untuk 2016, kata National Crop Estimates Committee.

Pemerintah Afrika Selatan telah mengalokasikan 350 juta rand (sebanyak 26 juta dolar AS) untuk memerangi kemarau yang terus merongrong negeri tersebut.

Menteri Urusan Air dan Kebersihan Nomvula Mokonyane mengatakan negaranya menghadapi kemarau terburuk sejak 1960-an, saat bendungan kecil sepenuhnya kering di beberapa daerah.

Krisis air itu dilaporkan telah mempengaruhi 2,7 rumah tangga.

Kemarau tersebut sudah membuat produk pertanian berkurang. Panen jagung turun dari 14,25 juta ton tahun lalu jadi sebanyak 9,84 juta ton tahun ini, kata John Purchase, Kepala Pejabat Pelaksana di Kamar Dagang Pertanian.

Itu berarti Afrika Selatan mungkin harus mengimpor makanan guna menghindari kekurangan, katanya.

(C003)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015