Penelitian mendeteksi virus utama bawang merah dan bawang putih dari pertanaman di lapangan dan dari umbinya menggunakan antibodi dengan metode ELISA,"
Bogor (ANTARA News) - Dua peneliti IPB melakukan penelitian untuk medeteksi virus utama pada tanaman bawang merah dan bawang putih yang menimbulkan penyakit sehingga berdampak pada peningkatan produksi para petani.

"Penelitian mendeteksi virus utama bawang merah dan bawang putih dari pertanaman di lapangan dan dari umbinya menggunakan antibodi dengan metode ELISA," kata Kadwati salah satu peneliti dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB di Bogor, Selasa.

Kadwati menjelaskan, penelitian dilakukan dengan sampel daun dan umbi yang diperoleh dari pertanaman bawang di Jawa Barat seperti Bandung, Bogor, dan Cirebon. Jawa Tengah di wilayah Brebes serta Yogyakarta di Bantul.

Hasil penelitian infeksi garlic common latent virus (GCLV), shallot latent virus (SLV) dan potyvirus berhasil dideteksi menggunakan antibodi spesifik. Ketiga jenis virus menginfeksi secara tunggal maupun bersama-sama atau infeksi campuran.

"Rata-rata persentase infeksi virus di pertanaman berkisar 11,2 hingga 12,3 persen pada bawang merah dan 14,3 persen pada bawang putih. Sedangkan pada sampel umbi berkisar 11,2 hingga 12,3 persen pada bawang merah dan 9,18 persen pada bawang putih," kata Kadwati.

Ia menyebutkan, sampel bawang yang diperoleh dari daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah menunjukkan gejala infeksi virus yang berbeda-beda. Gejala tersebut dapat dikelompokkan menjadi tujuh jenis yakni gejala mosaik kuning, mosaik hijau muda, bergaris kuning, daun pipih bergaris kuning pusat di tengah, keriting, bercak kuning dan permukaan atas daun berlekuk.

"Gejala paling dominan adalah mosaik kuning dan bergaris kuning yang diperoleh dari semua sampel bawang merah di daerah bandung, Bantul, Brebes dan Cirebon. Sedangkan jenis gejala yang paling sedikit ditemukan gejala permukaan atas daun berlekuk hanya ditemukan pada sampel bawang putih dari Bandung," katanya.

Dia mengatakan, keragaman gejala tertinggi ditemukan pada sampel bawang merah dari daerah Brebes dengan lima jenis gejala yakni mosaik kuning, mosaik hijau muda, bergaris kuning, daun pipih bergaris kuning pucat di tengah dan keriting. Sedangkan keragaman gejala terendah ditemukan pada bawang merah asal Bandung dengan tiga jenis gejala yakni mosaik kuning, bergaris kuning dan daun pipih bergaris kuning pucat di tengah.

"Tiga jenis virus yakni GCLV, SLV dan Potyvirus berhasil dideteksi dari lapangan baik secara tunggal maupun bersama-sama atau infeksi campuran," katanya.

Dia menjelaskan, sampal yang menunjukkan gejala mosaik kuning terinfeksi oleh ketiga virus, baik sebagai infeksi tunggal, ganda maupun campuran ketiga virus. selain itu, pada gejala mosaik kuning, jenis infeksi tunggal dan campuran ketiga virus sangat bervariasi.

"Infeksi tunggal oleh Potyvirus ditemukan pada semua sampal, infeksi GCLV hanya terhadap pada sampel bawang merah asal Bandung, infeksi SLV ditemukan pada sampel bawang merah asal Bandung, Bantul, Cirebon," katanya.

Sedangkan infeksi ganda SLV dan Potyvirus, lanjut dia, tidak terdeteksi pada bawang merah asal Bandung, infeksi ganda tersebut ditemukan pada bawang merah asal Bandung, Brebes dan Cirebon, serta sampel bawang putih asal Bandung.

"Infeksi ganda GCLV dan Potyvirus hanya ditemukan pada sampel bawang putih asal Bandung, sedangkan infeksi ganda GCLV dan SLV tidak ditemukan sama sekali pada semua sampel," katanya.

Penelitian mendeteksi virus utama pada bawang merah dan bawang putih ini dilakukan bersama dengan rekannya Sri Hendrastuti dari Departemen Proteksi Tanaman Faperta IPB. Penelitian ini telah masuk dalam Jurnal Fito Patologi Indonesia Tahun 2015.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015