London (ANTARA News) - Periode panjang harga minyak lebih rendah akan memicu kekhawatiran keamanan energi dengan semakin tingginya ketergantungan pada sejumlah kecil produsen berbiaya rendah atau berisiko harga berbalik naik tajam jika investasi jatuh, kata Badan Energi International (IEA).

Dalam laporan prospek energi dunia terbaru pada Selasa, IEA mengatakan, jika harga minyak pada tingkat saat ini tinggal selama beberapa dekade, ketergantungan pada minyak Timur Tengah akan kembali ke tingkat 1970-an, karena harga akan mendorong sumber-sumber pasokan berbiaya lebih tinggi, lapor Xinhua.

Harga yang lebih rendah bisa melemahkan dukungan kebijakan penting untuk transisi energi, yang berarti 15 persen dari efisiensi penghematan hilang, tambahnya.

"Ini akan menjadi kesalahan besar untuk indeks perhatian kita terhadap keamanan energi untuk perubahan harga minyak," kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol.

"Sekarang bukan waktunya untuk bersantai. Justru sebaliknya: sebuah periode harga minyak yang rendah adalah saat untuk memperkuat kapasitas kita menghadapi ancaman keamanan energi masa depan."

Laporan ini menemukan bahwa keseimbangan pengetatan minyak akan menyebabkan harga sekitar 80 dolar AS per barel pada 2020, karena kejatuhan dalam harga minyak telah "menggerakkan kekuatan yang mengakibatkan pasar untuk menyeimbangkan kembali" melalui permintaan yang lebih tinggi dan pertumbuhan pasokan yang lebih rendah.

Asia merupakan pusat permintaan terkemuka untuk setiap elemen utama dari bauran energi dunia pada 2040. Pada 2040, impor minyak bersih Tiongkok akan hampir lima kali Amerika Serikat, sementara India akan dengan mudah melebihi Uni Eropa, kata laporan.

Laporan ini menemukan bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi global, permintaan energi dan emisi yang terkait dengan energi melemah. Dikatakan transisi Tiongkok untuk lebih terdiversifikasi dan apalagi model energi-intensif untuk pertumbuhan membentuk kembali pasar energi.
(T.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015