Yangon, Myanmar (ANTARA News) - Aung San Suu Kyi menyeru pembicaraan "rekonsiliasi nasional" dengan presiden dan pemimpin militer Myanmar pada Rabu, saat partai pro-demokrasinya menyambut kemenangan pemilihan umum.

Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (National League for Democracy/NLD) Suu Kyi sejauh ini telah memperoleh 90 persen kursi sejauh ini dan dia bergerak ambil inisiatif.

"Masyarakat telah menyampaikan keinginannya di pemilihan umum," katanya dalam surat kepada Presiden Thein Sein, Panglima Tertunggi Min Aung Hlaing dan juru bicara parlemen berpengaruh Shwe Mann.

"Saya ingin mengundang Anda untuk mendiskusikan rekonsiliasi nasional minggu depan pada waktu pilihan Anda," kata Suu Kyi dalam surat yang dikutip kantor berita AFP.

Surat yang dikeluarkan oleh NLD tersebut dikirimkan saat perolehan suara gerakan demokrasinya melesat melampaui partai berkuasa berdasarkan hasil pemungutan suara Minggu.

Kekuasaan Myanmar sejak lama didominasi oleh militer dan sekutunya, yang tampaknya akan lengser dalam pemilu kali ini.

Namun pendukung Suu Kyi masih khawatir akan reaksi militer terhadap hasil pemilihan umum.

Tahun 1990 NLD memenangkan pemilihan umum pertamanya namun militer tidak mengakuinya.

NLD memperoleh 56 dari 61 kursi majelis rendah pada pengumuman hasil pemilu Rabu dan terus berjalan menuju kemenangan telak, menapaki jalan menuju perolehan kursi mayoritas yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan.

Suu Kyi, yang menjadi kekuatan utama gerakan demokrasi, mengamankan puluhan ribu suara untuk mempertahankan kursinya di daerah pemilihan Kawhmu.

Namun dia dihalangi menjadi presiden oleh konstitusi militer tertulis.

Kendati demikian, Suu Kyi, berjanji akan memerintah "di atas presiden", mengindikasikan bahwa dia akan mencari jalan untuk menempatkan wakilnya.

Juru bicara parlemen Shwe Mann banyak disebut sebagai kandidat untuk peran itu.

Pejabat pemilihan umum masih menahan tekanan untuk mendeklarasikan kemenangan NLD dan itu membuat pendukung partai frustasi, banyak di antaranya sudah menunggu 25 tahun sejak terakhir kali partai memenangi pemilihan umum.

"Kami tahu kami menang 80 persen... harapannya kami bisa dapat konfirmasi hari ini," kata Ko Ko, yang mengelola perusahaan pendingin udara di Yangon.

"Kami berharap Daw Suu mengubah negeri ini... Saya memilih untuk perubahan."


Partai berkuasa

Pemilihan umum Minggu membuat Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan (Union Solidarity and Development Party/USDP) yang berkuasa tercabik.

Hanya memperoleh segenggam kursi sejauh ini, dengan beberapa calon dominan USDP tidak memperoleh banyak suara di daerah pemilihannya.

Sebelum pemungutan suara, Presiden Thein Sein berikrar partainya,  dan kekuatan militer, akan menghormati hasil pemilihan umum.

"Itu pemilihan umum yang bebas dan adil, kami menunggu hasil resminya," ujar juru bicara USDP Zaw Htay kepada AFP Rabu.

"Kami menunggu (hasil) resmi," tambah dia ketika ditanya apakah Presiden akan secara formal mengakui kekalahan.

USDP, yang meliputi banyak bekas pejabat militer, telah menguasai pemerintahan sejak 2011. Partai itu menyatakan telah memandu negara melewati reformasi sosial dan ekonomi yang mengarah ke pemilu Minggu.

Militer mendapat 25 persen kursi parlemen di bawah konstitusi yang dibuat untuk memastikan kedudukannya di masa depan.

NLD butuh 67 persen kursi yang diperebutkan untuk membentuk pemerintahan tanpa mitra koalisi.(Uu.Ian/KR-MBR)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015