Jakarta (ANTARA News) - Industri musik yang kini berada di era digital tetap membutuhkan rilisan album dalam bentuk fisik menurut pengamat musik Bens Leo.

"Sekarang ini zamannya kolektor," kata Bens saat menjadi pembicara di peluncuran album Andrea Miranda di Jakarta, Rabu.

Ia mencontohkan label rekaman yang mengeluarkan album fisik dalam bentuk vinyl, piringan hitam, dapat mencantumkan nomor seri yang menunjukan kepingan tersebut cetakan ke berapa dari jumlah total produksi, umumnya piringan hitam dibuat terbatas.

"Album fisik masih penting sampai kapan pun." Beberapa waktu belakangan ini, netizen dibuat heboh oleh rencana penutupan gerai dua toko musik besar di Tanah Air, Disc Tarra dan Duta Suara, akhir tahun ini.

Laman Rolling Stone Indonesia melansir Duta Suara akan menutup dua gerainya di Jakarta, sedangkan Disc Tarra 40 tokonya di seluruh Indonesia.

Peralihan dari analog menjadi digital membuat toko musik tersebut beralih ke streaming music.

Managing Director Sony Music Entertainment Indonesia Alex Sancaya berpendapat penjualan musik kini memang cenderung ke arah digital, misalnya melalui iTunes atau Guvera.

"Kebutuhannya memang seperti itu." Pergantian tersebut menurut Alex menyebabkan distributor rekaman harus berinovasi dalam memasarkan album fisik.

Meski belum mau mempublikasikan, ia menilai masih ada cara lain untuk memasarkan rilisan fisik selain melalui toko kaset.

Bens Leo melihat penjualan album secara langsung, direct selling, misalnya saat manggung sambil menjual CD, seperti yag dilakukan band independen.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015