Jakarta (ANTARA News) - CEO perusahaan game Touchten, Anton Soeharyo, melihat saat ini developer game PC cenderung beralih membuat game untuk mobile.

"Di desktop beralih ke mobile, karena di pasar global sudah seperti itu, penjualan di mobile naik, jadi trennya adalah banyak sekali developer yang tadinya membuat game PC beralih membuat game untuk mobile," kata dia, usai menjadi pembicara di salah satu sesi gelaran Tech in Asia Jakarta 2015, Kamis.

Lebih lanjut, Anton mengatakan bahwa tumbuhnya penetrasi smartphone juga mendorong developer beralih ke game mobile. Meski pembayaran game PC dinilai lebih mudah, namun banyaknya game mobile yang ditawarkan secara gratis membuat pengguna lebih menyukai game online.

Untuk beralih dari game PC ke game mobile, menurut Anton, developer menghadapi cukup banyak tantangan, diantaranya desain game. "Karena tadinya membuat game dengan desain yang besar sekarang kecil, jadi ruang geraknya juga kecil," ujar dia.

"Kedua lebih ke teknis, biasanya flash desktop pakai adobe, sekarang harus belajar lagi baru, kasarannya dari kelas 6 harus turun ke kelas 1," sambung dia.

Saat ini, game mobile hadir dalam perangkat-perangkat pintar baik di sistem operasi Android, maupun iOS. Keduanya, menurut Anton, tidak jauh berbeda.

"Sebenernya bisa dibilang sama, tapi Android lebih banyak "bajakan", iOS lebih terkontrol, lebih susah dibajak. Kedua, payment-nya, pengguna iOS lebih "berada", sedangkan Android lebih massal, susah sekali untuk berapa persen orang akan bayar," kata dia.

Sementara itu, Anton melihat gamers di Indonesia cenderung lebih memilih game dengan size kecil karena adanya keterbatasan internet.

"Kita biasanya dibatasi sama keterbatasan internet, kalau yang pakai internet cepet bisa saling lawan lewat server," ujar Anton.

"Kalau di Indonesia yang aku lihat yang size-nya kecil supaya download-nya gampang, terbatas karena infrastruktur, tapi saya yakin 2017 sudah seperti di luar, game-nya sudah komunikasi," tambah dia.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015