Jakarta (ANTARA News) - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar beserta rombongan diterima Gubernur Ehime (Jepang) Tokihiro Nakamura untuk kerja sama soal pengembangan "one village one product" (OVOP) Indonesia dengan pemerintah Ehime.

"Termasuk transfer of knowledge dan informasi. Kami juga mengundang investor dari Ehime untuk berinvestasi di Indonesia," kata Menteri Marwan saat memberikan sambutan, di Matsuyama, Ehime, Kamis.

Siaran pers Humas Kemendesa PDTT di Jakarta, Kamis, menyebutkan, hubungan antara Jepang dan Indonesia sangat panjang. Karena itu, Marwan mengingatkan untuk memperkuat kerja sama yang dimungkinkan untuk pengembangan desa di Indonesia.

"Hubungan Indonesia dan Jepang ke depan perlu dikuatkan kembali ke arah yang lebih jelas," ujarmya.

Marwan juga mengundang investor dari Ehime untuk berinvestasi di Indonesia. Di indonesia, ujarnya, banyak peluang yang bisa dikerjasamakan dengan Jepang di bidang infrastruktur, pertanian, dan lain-lain.

"Kami ada 122 kabupaten tertinggal yang harus diperhatikan seriuss serta 419 kawasan tansmigrasi. Ada 17 ribu desa yang sangat tertinggal yang masing punya potensi ekonomi," kata Marwan.

Selain itu, kata Menteri, Indonesia mempunyai sekitar 5 juta UMKM di desa-desa. "Nanti ke depan akan kita tindaklanjuti lebih teknis," katanya.

Sementara itu, Gubernur Ehime, Tokihiro Nakamura mengapresiasi kunjungan Mendes ke Ehime. Menurut dia, sejauh ini sejumlah kerja sama yang telah dilakukan antara Indonesia dengan Jepang, salah satunya bantuan mobil ambulans ke Kanupaten Bantaeng Sulsel. "Ehime punya banyak produk. Kita bisa bekerjasama di sektor produk," ujarnya.

Seusai dari Kantor Gubernur, Mendes serta rombongan mengunjungi Universitas Ehime sekaligus berdialog dengan mahasiswa. Termasuk akan mengunjungi pertanian jeruk yang terkenal di mancanegara.

Sebagai informasi, wilayah di sekitar Matsuyama memiliki banyak industri, termasuk pembuatan kapal, kimia, penyulingan minyak, dan produk kertas dan tekstil. Wilayah kota dari prefektur ini sebagian besar bertumpupada industri pertanian dan perikanan, dan ada pula sedikit yang terkenal dengan jeruk dan budidaya mutiara.

Gerakan "one village one product" yang muncul di daerah di Jepang mendorong masing-masing desa punya keunggulan kompetitif di bidang ekonomi. Di provinsi Ehime misalnya, dikenal sebagai penghasil jeruk yang terkenal dan diekspor ke berbagai negara.

Gerakan ini dimulai pada 1979 di Provinsi Oita, Jepang. Kemudian merembet ke semua provinsi di negeri Sakura itu.

"OVOP" yang mengandung semangat pemberdayaan masyarakat desa itu memang sangat mengandalkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta koperasi sebagai ujung tombak. Namun, seperti yang terjadi selama ini, UMKM kerap terhambat permasalahan klasik, yaitu adanya kesenjangan pemasaran.

Produk yang sudah bagus sering kali tidak bisa dijual-atau kalaupun bisa terjual dihargai murah-karena para pengusaha kecil ini tidak mempunyai akses yang cukup untuk memasarkannya.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015