Yangon (ANTARA News) - Semua orang dari para pendukung Liga Nasional Demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi (NLD) sampai Presiden Thein Sein dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Myanmar menggandrungi Facebook untuk menyebarkan pesan-pesan mereka di tengah perubahan politik terbesar dalam beberapa dekade yang sudah di depan mata negeri ini.

Jutaan orang Myanmar beralih ke media sosial, khususnya Facebook, sejak junta militer memberi jalan kepada pemerintahan semisipil pada 2011.

Facebook dengan cepat menjadi alat populer untuk negara yang selama hampir setengah abad dikerangkeng oleh kekuasaan militer.

Sebelum ini, di negeri yang diawasi ketat oleh junta militer, Internet seakan tidak ada, sedangkan kartu SIM telepon seluler dihargai sampai 3.000 dolar AS per unit.  Militer hendak memastikan rakyat hanya mendengarkan mereka dengan mempersulit akses ke dunia luar.

Namun Rabu kemarin, Panglima Angkatan Bersenjata Min Aung Hlaing justru menengok Facebook demi memposting sebuah pesan selamat kepada NLD karena "telah memenangkan suara mayoritas", seraya berjanji untuk "bekerjasama dengan pemerintahan baru".

Presiden Thein Sein, purnawirawan jenderal, juga menyelamati Suu Kyi lewat Facebook atas "kemenangan pilihan rakyat".

Sang presiden menjadi salah satu pengguna pertama Facebook, yang Presiden Amerika Serikat Barack Obama pun kalah karena baru mengumumkan memakai Facebook Senin pekan ini.

Facebook telah menjadi media utama bagi debat politik panas di negeri ini, selain menjadi tempat berbalas kecam dari pihak-pihak yang saling berseberangan.

Beberapa hari sebelum Pemilu Minggu itu, laman Thein Sein memposting video pertumpahan darah akibat gelombang demokrasi Revolusi Arab (Arab Spring).  Tak dinyana, posting ini mendapat kecaman luas karena orang-orang kemudian menuduh sang presiden hipokrit karena dia sendiri berada di balik pertumpahan darah para pemberontak Myanmar di perbatasan.

Revolusi digital semakin mengharubiru Myanmar begitu militer mengendurkan kekuasannya yang dibarengi dengan reformasi politik dan ekonomi di bawah rezim Thein Sein.

Bayangkan, hanya satu persen penduduk Myanmar yang memiliki akses ke Internet sampai 2011, tetapi kini jutaan orang online melalui teknologi yang jauh lebih murah.

Namun di luar kota-kota besar, kebanyakan sudut negeri ini tidak dialiri listrik dan tidak terjangkau telepon mobile, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015