Negara (ANTARA News) - Warga Kelurahan Dauhwaru, Kabupaten Jembrana, Bali memprotes soal hewan anjing peliharaannya dieliminasi (dibunuh) Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, terkait wabah rabies.

"Ini anjing peliharaan saya dan sudah diberi kalung, sebagai tanda bukan anjing liar. Tapi kenapa masih dibunuh?" kata Wik Semara, saat mediasi oleh lurah setempat karena protes kerasnya terhadap tim BPBD di Negara, Jumat.

Untuk menyelesaikan keberatan Wik Semara ini, Lurah Dauhwaru Ida Bagus Surya Dharma melakukan mediasi dengan disaksikan Babinsa dan Babinkamtibmas, di rumah warga tersebut di Dusun Menega.

Semara menuduh tim yang bertugas mengelimanasi anjing terindikasi rabies tersebut tidak profesional dan sembrono dalam melakukan tugasnya, tanpa melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada warga.

"Memang anjing kami sempat keluar pagar karena mengikuti adik saya. Tapi ini bukan anjing liar, karena sudah ada tanda kalung di lehernya," ujarnya.

Ni Ketut Astiti, isteri Semara, sambil menangis karena anjing kesayangannya mati mengatakan, saat petugas datang dirinya mengira akan melakukan vaksin terhadap binatang peliharaannya tersebut.

"Ternyata tahu-tahu anjing saya dibunuh. Padahal ini anjing kesayangan keluarga kami, termasuk anak saya yang di Denpasar. Bisa mengamuk dia, kalau tahu anjingnya dibunuh," katanya.

Kepala Dusun Menega Komang Suardana mengatakan, pihaknya sudah mengingatkan tim BPBD tersebut, agar tidak membunuh anjing yang memakai kalung, karena bukan termasuk anjing liar.

"Saya tidak tahu, kok anjing yang dipelihara warga dengan tanda ada kalungnya juga dibunuh," katanya.

Salah seorang anggota tim yang tidak mau menyebutkan namanya, hanya bisa minta maaf atas kejadian ini, dan mengaku akan bertanggungjawab.

Lurah Dauhwaru Ida Bagus Surya Dharma berharap, kedua belah pihak bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik, dan tidak terulang lagi peristiwa serupa.

Dikonfirmasi terpisah Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat, Dinas Peternakan Dan Pertanian Jembrana I Wayan Widarsa mengatakan, dirinya hanya menerima laporan dari tim terkait kejadian tersebut.

Menurut dia, eliminasi anjing dilakukan untuk meminimalisir penyebaran virus rabies dan memang sering terjadi gesekan antara warga dengan petugas.

"Ada beberapa warga yang memiliki anjing, tapi tidak memeliharanya dengan baik, sehingga rawan tertular rabies," katanya. 

Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015