Seni bisa berupa apa saja yang kita mau. Bisa menjadi sebuah ekspresi perasaan, ekspresi politik, ekspresi agama. Seni itu banyak hal,"
Jakarta (ANTARA News) - Seniman Inggris Jeremy Millar memberikan kuliah umum di Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Jumat, mengenai praktik seni kontemporer di Inggris menjelang gelaran akbar seni kontemporer dua tahunan Jakarta Biennale 2015 yang akan berlangsung pada 15 November 2015-17 Januari 2016.

Pada kesempatan tersebut, Millar juga menggambarkan bagaimana seni kontemporer dapat berpengaruh terhadap pergerakan sosial dan politik.

Pengajar di Royal College of Art, London, itu juga mengungkap berbagai pengalaman dan keahliannya tentang bagaimana dia mampu melakukan praktik yang berbeda di dunia seni. Millar yang juga kritikus seni itu menekuni kariernya di bidang tulis, fotografi, dan film.

"Seni bisa berupa apa saja yang kita mau. Bisa menjadi sebuah ekspresi perasaan, ekspresi politik, ekspresi agama. Seni itu banyak hal," kata Millar, saat memberikan kuliah umum di IKJ, dihadapan puluhan mahasiswa dari berbagai jurusan di fakultas seni rupa itu.

Dalam membuat karya, Millar mengaku tidak berusaha menyampaikan pesan secara khusus.

"Tetapi memberikan kebebasan sesuai interpretasi orang yang mengkombinasikan berbagai makna yang berbeda-beda dari masing-masing orang. Saya cenderung tidak suka menampilkan pesan dalam karya saya," ungkap Millar.

Ia pun menyakinkan para mahasiswa yang rata-rata masih semester awal itu agar percaya diri atas karyanya.

"Kita harus percaya sama karya kita sendiri," tambah Millar yang banyak terinspirasi dari tulisan dan filosofi itu.

Dalam perhelatan Jakarta Biennale 2015, British Council menghadirkan Millar lewat karyanya berupa film berjudul "Abdo Rinbo" yang terinspirasi dari perjalanan penyair Prancis Arthur Rimbaud dan perjalanannya ke beberapa kota di Indonesia seperti Semarang, Tuntang, dan Salatiga.

Kemitraan British Council dan Jakarta Biennale ini merupakan yang pertama kali dalam rangka perwujudan untuk mendoorng kolaborasi seni budaya antara kedua negara.

Pewarta: Monalisa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015