Paris (ANTARA News) - Presiden Prancis Francois Hollande akan mengumumkan keadaaan darurat  di seluruh Prancis dan perbatasan-perbatasan ditutup setelah serentetan serangan di Paris pada Jumat petang yang menurut dia menyebabkan puluhan orang tewas dan beberapa terluka.

"Ini horor," kata Hollande dalam pernyataan singkat di televisi serta menambahkan bahwa pertemuan kabinet akan dilakukan.

"Keadaan darurat akan dideklarasikan," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters.

"Tindakan kedua adalah menutup perbatasan nasional," tambah dia.

"Kita harus memastikan bahwa tidak ada yang masuk untuk melakukan tindakan apapun, dan pada waktu yang sama memastikan bahwa mereka yang telah melakukan kejahatan-kejahatan ini ditangkap juga berusaha meninggalkan negara ini," katanya.

Hollande mengatakan dia sudah meminta pengerahan militer di daerah Paris untuk memastikan tidak ada serangan yang bisa dilakukan lagi.

Seperti dilansir kantor berita AFP, Hollande kemudian menuju ke Kementerian Dalam Negeri untuk menyiapkan pusat krisis bagi menteri-menteri yang lain.

"Presiden, perdana menteri, menteri dalam negeri ada di pusat krisis antar-kementerian," kata pernyataan pemerintah.

Kantor Presiden manyatakan dewan luar biasa menteri akan mengatakan pertemuan tengah malam.

Kanselir Jerman Angela Merkel dan Kepala Uni Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan mereka "sangat terkejut" mengetahui adanya serangan-serangan itu.


Evakuasi

Seperti dilansir kantor berita AFP, saat serangan terjadi, Hollande sedang menyaksikan laga persahabatan sepak bola di stadion Stade de France dan segera di evakuasi.

Para penonton membanjiri lapangan begitu berita serangan menyebar dan penyelenggara memulai evakuasi.

Wali Kota Paris Anne Hidalgo meminta warga tetap tinggal di rumah.

"Kami mendengat tembakan, tembakan 30 detik, itu tak berkesudahan, kami kira itu kembang api," kata Pierre Montfort, yang tinggal di dekat jalan Bichat, tempat restoran Kamboja, Petit Cambodge, yang juga terdampak serangan.

"Semua orang di lantai, tak ada yang bergerak," kata saksi mata lain yang ada di Petit Cambodge, tak jauh dari Bataclan, tempat serangan lain terjadi.

"Seorang anak perempuan dibawa seorang lelaki muda. Dia terlihat sudah mati."

Korban jiwa akibat serangan-serangan ini "akan jauh lebih banyak" ketimbang sekitar seratus kematian yang sudah dikonformasi menurut seorang sumber.

Camille (25) mengatakan, "Adik saya di Bataclan. Saya menelpon dia. Dia bilang mereka melepaskan tembakan. Dan dia kemudian menutup telepon."

Seorang reporter AFP yang berada di luar Bataclan mengatakan ada polisi-polisi yang membawa senapan mesin dan lebih dari 20 kendaraan polisi di sekitar lokasi kejadian.

Prancis dalam kewaspadaan tinggi sejak seramham kelompok bersenjata di kantor majalah satir Charlie Hebdo pada Januari dan supermarket Yahudi yang menewaskan 17 orang.

Beberapa serangan berhasil digagalkan tahun ini.

Lebih dari 500 petempur Prancis diduga bergabung dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah menurut data resmi, 250 di antaranya sudah kembali dan ada 750 orang yang menyatakan ingin pergi ke sana.

Pemerintah pekan lalu mengumumkan pengaktifan kembali pemeriksaan perbatasan sebagai upaya pengamanan menjelang pertemuan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa akhir bulan ini.

Penerjemah: Maryati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015