London (ANTARA News) - Komposisi musik karya komponis dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Setyawan Jayantoro (Toro), dimainkan oleh musisi-musisi muda Norwegia dalam konser Munch of Mozart di Oslo, Jumat malam (13/11) waktu setempat.
 
Musisi-musisi Norwegian Academy of Music memainkan komposisi berjudul Ekstensya for String Orchestra dalam konser untuk merayakan 30 tahun kiprah Profesor Terje Moe Hansen, violis dan profesor biola ternama dari Norwegia.

Duta Besar RI untuk Norwegia di Oslo Yuwono A. Putranto menghadiri konser itu dan bangga dengan karya Toro menurut Sekretaris Tiga Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya Kedutaan Besar RI Oslo Dilla Trianti, Sabtu.

"Diperlukan bakat yang besar untuk dapat menciptakan karya musik klasik yang belum populer di Indonesia," kata Yuwono, yang sepakat menggelar pertunjukan yang melibatkan lebih banyak musisi Indonesia dan Norwegia bersama Profesor Terje.

Dalam konser itu, Ekstensya for String Orchestra karya Toro dimainkan bersama karya ciptaan Wolfgang Mozart, Johannes Brahms, Fritz Kreisler, Rodion Shchedrin, Pablo de Sarasate, Krzysztof Penderecki, Eugene Ysaye, Igor Stravinsky dan karya Profesor Terje.

Profesor Terje mengatakan komposisi Ekstensya for String Orchestra merupakan karya yang sulit dan bahwa tidak mudah bagi para pemain untuk mengikuti alur partitur karya Toro.

Dia adalah musisi yang berbakat, semoga dia dapat meneruskan pendidikan musiknya di Norwegian Academy of Music, kata Profesor Terje.

Toro, perintis kelompok musik Ekstensya di Yogyakarta, berpartisipasi dalam konser itu atas undangan Profesor Terje Moe Hansen.

Keduanya pernah bekerja sama dalam proyek Ekstensya String Music Camp yang diikuti pemain alat musik gesek dari berbagai penjuru Indonesia.

Acara yang diselenggarakan Agustus 2014 itu diakhiri dengan konser musik klasik di Candi Sukuh, Jawa Tengah.

Saat ini Toro menjadi salah satu komponis untuk karya koreografi kontemporer ciptaan Eko Supriyanto yang dipentaskan di Jepang, Australia, Jerman, Swiss, Belanda, dan Singapura dalam dua tahun terakhir.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan persepsi generasi muda terhadap musik klasik, Toro membuat komposisi yang merepresentasikan semangat jiwa muda yang selalu ingin bergerak, progresif, terus belajar, saling menghargai, dan bersinergi.

"Saya ingin mematahkan anggapan bahwa musik klasik itu menjemukan," ujarnya.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015